Jakarta (ANTARA) - Pasangan selebritas Anisa Rahma, anggota grup Cherrybelle generasi pertama, dan penyanyi Anandito Dwis mengumumkan kehamilan bayi kembar setelah menjalani proses IVF atau bayi tabung. Keduanya menikah pada 16 September 2018 dan akhirnya dikaruniai kehamilan anak pertama setelah empat tahun menikah.
Dikutip dari siaran resmi Bocah Indonesia, Anisa dan Dito memutuskan melakukan program hamil sejak sembilan bulan menikah. Berbagai cara mereka lakukan dalam mengupayakan kehamilan.
“Kita sudah melakukan dua kali bayi tabung, sudah melakukan empat kali embryo transfer. Sudah berbagai macam hal kita lakukan dari tradisional, akupuntur, herbal sampai akhirnya ketahuan pengecekan HSG di 9 bulan pernikahan itu udah disuruhnya langsung bayi tabung,” ucap Anisa dan Dito.
Baca juga: Anisa Rahma suka Ariana Grande yang dulu
Perjuangan yang tak mudah membuat mereka sempat patah semangat, namun akhirnya bangkit lagi. Jarak program bayi tabung pertama dan kedua memakan waktu. Mereka sengaja beristirahat karena lelah akan kegagalan. Setelah setahun menguatkan hati, mereka kembali berusaha untuk mendapatkan momongan.
Menurut Dito, suami dan istri harus berjuang bersama, saling mendukung dan menyemangati satu sama lain.
“Nggak cuman dari bahasa aja tapi juga dari tindakan kita sebagai suami juga turut menemani istri bersama-sama datang ke rumah sakit konsul, kontrol, beli obat. Jadi bukan cuman salah satu aja. Karena kan emang memiliki buah hati itu keinginan bersama,” ungkap Dito.
Anisa menambahkan, bila ada perasaan yang tak enak atau rasa sedih, mereka selalu mengungkapkan ke pasangan masing-masing sehingga bisa saling memberikan semangat dan mengusir stres.
Keduanya berpesan kepada calon orangtua yang mendambakan buah hati untuk tidak patah semangat karena setiap orang punya waktu masing-masing.
"Harus ikhlas menerima ketentuan Allah tapi jangan lupa iringan dengan ikhtiar dan selalu berdoa. Semoga penantian kalian juga berakhir bahagia," kata Anisa dan Dito.
Anisa dan Dito menjalani program hamil di Pusat Fertilitas Bocah Indonesia (PFBI). Dijelaskan bahwa kondisi yang dialami Anisa saat dilakukan pemeriksaan adalah kualitas embrio yang rendah, kedua saluran tuba non paten juga polip rahim.
"Proses perbaikan kualitas sel telur dan sperma membutuhkan waktu kurang lebih setidak-tidaknya 3 bulan sebelum kemudian kita mulai proses stimulasi IVF-nya. Kita coba untuk embryo transfer dengan natural cycle dan syukurlah dengan prosesnya selesai ini membuahkan kehamilan," jelas dr. Beeleonie, BMedSc, Sp.OG - KFER yang mendampingi Anisa.
Di sisi lain, Anandito didampingi oleh dr. Androniko Setiawan, Sp.And yang menjelaskan hasil dari pemeriksaan sperma memiliki variasi cukup ekstrim dan terdapat kualitas yang kurang pada awal pemeriksaan.
dr. Androniko mengatakan, selama dua hingga tiga bulan Anandito menjalani langkah-langkah seperti perbaikan gaya hidup dengan mengatur olahraga dengan durasi dan intensitas baik serta asupan yang berkecukupan.
"Disertai dengan adanya riwayat IVF dan 2 kali embryo transfer yang belum berhasil menjadi tantangan lebih lanjut bagi tim embriologi dalam seleksi lebih lanjut embrio yang akan di transfer,” tambah dr. Androniko.