Ini efek yang merugikan dari terlambat makan

id Terlambat makan,telat makan,efek telat makan,Kalori

Ini efek yang merugikan dari terlambat makan

Ilustrasi - Pola dan waktu makan. (Ist/Shutterstock)

Jakarta (ANTARA) - Makan terlambat termasuk saat larut malam sebenarnya berefek pada tiga faktor utama dalam mengatur berat badan yakni pengaturan asupan kalori, jumlah kalori yang dibakar dan perubahan molekuler jaringan lemak, ungkap studi dari Brigham and Women's Hospital

Seperti disiarkan Medical Daily pada 6 Oktober lalu, studi yang dipublikasikan Cell Metabolism itu melihat efek makan lebih awal dibandingkan dengan makan terlambat, sambil mengendalikan faktor penting lainnya seperti paparan cahaya, tidur dan aktivitas fisik.

Para peneliti melibatkan 16 peserta yang dianggap kelebihan berat badan atau obesitas. Mereka menyelesaikan dua protokol laboratorium yakni makan awal dan makan terlambat (empat jam lebih terlambat).

Baca juga: Tips jaga bentuk tubuh tetap ideal ala Andien Aisyah

Mereka juga memiliki jadwal tidur dan bangun yang tetap selama dua hingga tiga minggu sebelum protokol laboratorium, juga mengikuti diet ketat di rumah dalam tiga hari menjelang itu.

Selama di laboratorium, para peserta mendokumentasikan rasa lapar dan nafsu makan mereka. Sampel penting seperti sampel darah, suhu tubuh, pengeluaran energi dan biopsi jaringan adiposa, juga dikumpulkan.

"(Kami) menemukan makan empat jam kemudian membuat perbedaan yang signifikan untuk tingkat rasa lapar kita, cara tubuh membakar kalori setelah makan, dan cara kita menyimpan lemak," kata peneliti studi Nina Vujovic dari Brigham's Division of Sleep and Circadian Disorders.

Menurut studi, makan terlambat secara konsisten mengubah fungsi fisiologis dan proses biologis yang terlibat dalam pengaturan asupan energi, pengeluaran serta penyimpanan, dan masing-masing hal ini mengarah pada penambahan berat badan.

Dalam studi baru-baru ini, para peneliti juga menemukan mereka yang makan di siang dan malam hari terlambat mengalami peningkatan tingkat suasana hati seperti depresi dan kecemasan.

Para peneliti mencatat studi lebih lanjut diperlukan untuk menguji generalisasinya. Misalnya, hanya ada lima peserta perempuan, yang menyebabkan kurangnya representasi berdasarkan jenis kelamin.