Jakarta (ANTARA) - PDI Perjuangan dan Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai partai politik lebih memilih jalan ideologi yang kokoh pada prinsip meskipun terjal, kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto.
"Dengan sikap Prof Yusril (Ketua Umum PBB) tersebut, maka semakin jelas bagaimana PDI Perjuangan dan PBB hadir sebagai partai ideologi. Kami menempuh jalan ideologi, sementara yang lain jalan liberalisme. Jalan ideologi meski sering terjal, namun kokoh pada prinsip," kata Hasto Kristiyanto dalam keterangannya diterima di Jakarta, Kamis.
Sebagai parpol yang memilih jalan ideologi, katanya, PDI Perjuangan turut menyiapkan kader dengan basis tersebut dan dipersiapkan melalui kaderisasi kepemimpinan.
"Sebab menjadi anggota legislatif itu dituntut untuk menyelesaikan masalah rakyat saat ini dan merancang masa depan Indonesia melalui keputusan politik. Dalam peran strategis tersebut, maka caleg harus dipersiapkan melalui kaderisasi kepemimpinan” kata dia.
PDI Perjuangan memberikan apresiasi kepada Prof Yusril Ihza Mahendra yang telah menyampaikan pemikiran kenegarawanan berdasarkan amanat ideologi Pancasila dan UUD 1945.
“Pemikiran ahli hukum tata negara dan sekaligus Ketua Umum PBB tersebut sangat mencerahkan, dan menampilkan kepakaran beliau yang dipandu sikap kenegarawanan tentang bagaimana sistem pemilu tertutup berkorelasi dengan pelembagaan partai dan menegaskan bahwa peserta pemilu legislatif adalah parpol, bukan orang per orang,” katanya.
Menurut dia, dengan sistem proporsional tertutup, maka caleg bermodalkan keahlian, dedikasi, dan kompetensi melalui kaderisasi, sementara kalau proporsional terbuka modalnya popularitas dan kekayaan.
“Secara empiris, proporsional terbuka mendorong bajak-membajak kader ala transfer pemain dalam sepak bola; kecenderungan kaum kaya dan artis masuk ke politik, primordialisme, dan ada partai karena ambisi, lalu ambil jalan pintas merekrut isteri, anak, atau adik pejabat dan menguatlah nepotisme," kata dia.
Logikanya, menurut Hasto, pejabat akan mengerahkan kekuasaannya untuk caleg dari unsur keluarganya. Di tata pemerintahan, menteri yang memegang sumber logistik dan kekuasaan hukum akan menjadi rebutan.
"Dalam proporsional terbuka caleg lahir secara instan, akibatnya kepuasan terhadap parpol dan lembaga legislatif selalu berada di urutan paling bawah dari lembaga negara lainnya. Mengapa, karena pragmatisme politik merajalela," ucapnya.
Hal tersebut, papar dia, karena untuk menjadi anggota legislatif harus bermodalkan kapital atau dukungan investor politik, maka skala prioritas lebih menggunakan kekuasaan untuk mengembalikan modal politik, dan kemudian mencari modal dalam pencalonan ke depan.
"Dalam proses ini terjadi penyatuan fungsi antara politik, bisnis, dan hukum. Semua demi agenda pencitraan, dan kebijakan populisme yang menyandera fiskal di masa depan," ujarnya.
Berita Terkait
Fraksi Demokrat DPRD Barut sampaikan pandangan umum fraksi
Senin, 9 September 2024 8:17 Wib
Anies akan bentuk partai baru usai gagal di Pilkada 2024
Jumat, 30 Agustus 2024 17:41 Wib
Tak gentar meski diusung satu partai, Rudini-Paisal mendaftar ke KPU maju di Pilkada Kotim
Kamis, 29 Agustus 2024 23:01 Wib
Bermodal empat partai, pasangan Nurani daftar ke KPU Murung Raya
Kamis, 29 Agustus 2024 18:59 Wib
Kecewa hasil keputusan DPP terkait Pilkada 2024, pengurus DPC PDIP Kobar mengundurkan diri
Kamis, 29 Agustus 2024 18:25 Wib
Resmi daftar ke KPU, Rizky-Hamid siap wujudkan pemerataan pembangunan di Lamandau
Kamis, 29 Agustus 2024 14:53 Wib
Rifa'i-Jayadi didukung tujuh partai politik daftar Pilkada Pulang Pisau
Kamis, 29 Agustus 2024 1:17 Wib
Partai Gerindra belum tentukan dukungan pada Pilwalkot Palangka Raya 2024
Senin, 26 Agustus 2024 16:34 Wib