Kotim masih kekurangan dokter gigi
Sampit (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menyatakan, daerah ini masih kekurangan dokter gigi untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.
"Kita memang sangat kekurangan dokter gigi, apalagi untuk pemerataan masih ada fasilitas kesehatan, yaitu puskesmas kita yang memang tidak ada dokter gigi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Umar Kaderi di Sampit, Sabtu.
Hal itu disampaikan Umar saat membuka seminar yang digelar perkumpulan dokter gigi yang tergabung dalam Forum Mentaya Dentistry. Mereka merupakan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Menurut Umar, pemerintah daerah berusaha memberikan pelayanan gigi kepada masyarakat dengan menyediakan layanan dental unit di setiap puskesmas. Namun diakui, sumber daya manusia untuk pelayanan ini masih kurang.
Layanan dental unit juga akan dilakukan peremajaan dengan teknologi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Kebutuhan tenaga kesehatan juga akan terus diupayakan.
"Masalahnya, kita sudah membuka alokasi formasi CPNS, tapi biasanya untuk lokasi-lokasi yang jauh juga tidak ada yang berminat, apalagi kalau daerah-daerah yang sangat sulit dijangkau," timpal Umar.
Baca juga: Dinas Pendidikan Kotim optimistis capai target penerapan Kurikulum Merdeka
Menurut Umar, kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terus meningkat. Jika di akhir abad ke-20 orang mungkin kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, kecuali sakit gigi.
Kondisi saat ini sudah berubah. Selain saat gigi sakit, kini kondisi gigi yang kurang rapi pun dianggap menjadi masalah di masyarakat.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah yang kurang diperhatikan, bahkan di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil riset pada 2018 lalu terkait kesehatan gigi, dari 100 orang yang diperiksa, ada sebanyak 57 sampai 58 orang atau sekitar 57,6 persen mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut.
Masalah terbesar dari kesehatan gigi adalah gigi rusak berlubang dan sakit. Sementara itu masalah kesehatan mulut yang terbanyak adalah gigi bengkak, gusi bengkak atau abses gigi.
"Sementara yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis masih sangat rendah. Untuk itu Dinas Kesehatan mengajak dokter gigi membantu promosi dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kasus-kasus gigi ini tidak lagi menjadi masalah," demikian Umar Kaderi.
Baca juga: Pemkab Kotim berharap keberadaan pabrik kelapa tingkatkan kesejahteraan petani
Baca juga: Opini WTP kesembilan kali berturut-turut diraih Pemkab Kotim
Baca juga: Legislator Kotim dukung peningkatan pembinaan umat Kaharingan
"Kita memang sangat kekurangan dokter gigi, apalagi untuk pemerataan masih ada fasilitas kesehatan, yaitu puskesmas kita yang memang tidak ada dokter gigi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Umar Kaderi di Sampit, Sabtu.
Hal itu disampaikan Umar saat membuka seminar yang digelar perkumpulan dokter gigi yang tergabung dalam Forum Mentaya Dentistry. Mereka merupakan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Menurut Umar, pemerintah daerah berusaha memberikan pelayanan gigi kepada masyarakat dengan menyediakan layanan dental unit di setiap puskesmas. Namun diakui, sumber daya manusia untuk pelayanan ini masih kurang.
Layanan dental unit juga akan dilakukan peremajaan dengan teknologi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Kebutuhan tenaga kesehatan juga akan terus diupayakan.
"Masalahnya, kita sudah membuka alokasi formasi CPNS, tapi biasanya untuk lokasi-lokasi yang jauh juga tidak ada yang berminat, apalagi kalau daerah-daerah yang sangat sulit dijangkau," timpal Umar.
Baca juga: Dinas Pendidikan Kotim optimistis capai target penerapan Kurikulum Merdeka
Menurut Umar, kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terus meningkat. Jika di akhir abad ke-20 orang mungkin kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, kecuali sakit gigi.
Kondisi saat ini sudah berubah. Selain saat gigi sakit, kini kondisi gigi yang kurang rapi pun dianggap menjadi masalah di masyarakat.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah yang kurang diperhatikan, bahkan di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil riset pada 2018 lalu terkait kesehatan gigi, dari 100 orang yang diperiksa, ada sebanyak 57 sampai 58 orang atau sekitar 57,6 persen mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut.
Masalah terbesar dari kesehatan gigi adalah gigi rusak berlubang dan sakit. Sementara itu masalah kesehatan mulut yang terbanyak adalah gigi bengkak, gusi bengkak atau abses gigi.
"Sementara yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis masih sangat rendah. Untuk itu Dinas Kesehatan mengajak dokter gigi membantu promosi dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kasus-kasus gigi ini tidak lagi menjadi masalah," demikian Umar Kaderi.
Baca juga: Pemkab Kotim berharap keberadaan pabrik kelapa tingkatkan kesejahteraan petani
Baca juga: Opini WTP kesembilan kali berturut-turut diraih Pemkab Kotim
Baca juga: Legislator Kotim dukung peningkatan pembinaan umat Kaharingan