Jakarta (ANTARA) - Implan biomedis, seperti implan payudara, alat pacu jantung, dan perangkat keras ortopedi, telah mengubah dunia kedokteran, namun sejumlah besar implan tersebut ditolak oleh tubuh dan terpaksa harus dibuang.
Penolaknya adalah reaksi imun yang kurang dipahami, disebut respons benda asing atau FBR, di mana tubuh membungkus implan dalam jaringan parut.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebab tubuh menolak implan biomedis, tim di Fakultas Kedokteran Universitas Arizona-Tucson mengidentifikasi protein yang tampaknya membantu mendorong respons ini, dan berharap penemuan mereka akan meningkatkan desain dan keamanan implan biomedis.
Baca juga: Ini waktu terbaik untuk pasang implan koklea bagi pasien tuli
Temuan ini dipublikasikan di Nature Biomedical Engineering, sebagaimana dilaporkan Medical Xpress pada Senin (25/9) waktu setempat.
Peneliti Geoffrey Gurtner, MD, FACS, yang juga ketua departemen bedah, bersama dengan rekannya Kellen Chen, Ph.D., yang merupakan asisten profesor bedah, mengatakan pendekatan yang mereka usulkan merupakan penyimpangan dari proses pemikiran konvensional untuk mengatasi kegagalan implan.
Sejauh ini implan mengandalkan penggunaan bahan biokompatibel yang dapat ditoleransi lebih baik oleh tubuh namun tidak sepenuhnya menghilangkan risiko FBR.
Untuk memahami mengapa beberapa sistem kekebalan membentuk kapsul tebal di sekitar implan sementara yang lain tidak, tim mengumpulkan sampel kapsul dari 20 pasien yang implan payudaranya dilepas—10 pasien mengalami reaksi parah, dan 10 pasien mengalami reaksi ringan. Protein yang disebut RAC2 sangat diekspresikan dalam sampel yang diambil dari pasien dengan reaksi parah.
“Saat kami memeriksa sampel fibrotik parah, RAC2 adalah salah satu protein terpenting yang kami temukan,” cerita Chen.
Baca juga: Pakar Kesehatan sebut metode 'filler' payudara berbahaya dari sisi medis
Sebagai reaksi terhadap tekanan mekanis yang disebabkan oleh implan, sel kekebalan mengaktifkan RAC2 dan protein lain, yang memanggil sel kekebalan tambahan, termasuk jenis yang dapat bergabung untuk menyerang penyerang berukuran besar.
“Membangun pemahaman lengkap tentang mekanisme molekuler yang mendorong respons benda asing merupakan batas akhir dalam mengembangkan perangkat medis yang benar-benar bio-integratif,” kata Gurtner.
Sementara, penyebab FBR relatif tidak diketahui. Chen mengatakan hipotesis yang berlaku adalah FBR merupakan reaksi terhadap komposisi kimia implan. Sebaliknya, penelitian ini menunjukkan bahwa implan menimbulkan titik stres pada tubuh, sehingga memicu respons imun yang terlalu aktif.
“Sel kekebalan tubuh menyadari ada benda asing di sana, dan mereka bereaksi dengan membangun kapsul fibrotik yang mengelilingi implan sebagai upaya untuk melindunginya,” ungkap Chen.
Semakin parah reaksi imunnya, semakin tebal kapsulnya. Pada beberapa orang, kapsul ini menyempit di sekitar implan, menghambat fungsinya dan menyebabkan rasa sakit. Hingga 30 persen implan perlu dilepas karena faktor FBR.
Baca juga: Tanggapan Madonna terkait tuduhan implan bokong
Baca juga: Mengupas Tren Implan Payudara di Kalangan Perempuan
Baca juga: Wanita ini sembunyikan kokain dalam implan payudara