Normalisasi Sungai Baamang capai 90 persen
Sampit (ANTARA) - Pengerukan atau normalisasi Sungai Baamang dalam rangka penanganan banjir di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah telah mencapai 90 persen.
“Selama Ramadhan ini pengerukan Sungai Mentaya masih terus berlanjut, saat ini tersisa sekitar 500 meter lagi,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim, Mentana Dhinar Tistama di Sampit, Kamis.
Mentana menyampaikan, normalisasi Sungai Baamang merupakan salah satu upaya pemerintah daerah untuk mengatasi masalah banjir dalam kota yang kerap terjadi ketika musim hujan disertai pasang sungai.
Kegiatan ini dimulai November 2023 lalu. Sejauh ini sudah 6.340 meter dari panjang Sungai Baamang dikeruk dan tersisa 514 meter lagi hingga mencapai muara sungai yang ditargetkan selesai pada akhir April 2024.
Normalisasi sungai maupun saluran air merupakan kegiatan yang bersifat komprehensif. Artinya, dalam penanganannya tidak bisa hanya per satu titik, melainkan perlu dilakukan secara menyeluruh.
Kondisi tersebut pula yang menyebabkan masih ada wilayah di Kota Sampit yang terendam banjir genangan ketika hujan, meskipun sebagian alur sungai telah dinormalisasi karena pada pengerjaan memang belum selesai.
Terlebih, menurutnya pengerukan Sungai Baamang ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari tahapan normalisasi saluran air, baik itu sungai maupun drainase, di Kota Sampit. Masih banyak titik atau lokasi yang perlu ditangani secara bertahap.
“Saat ini kami menangani ring drain atau saluran utamanya dulu, yaitu Sungai Baamang, setelah ini dilanjutkan dengan drainase-drainase dalam kota,” ucapnya.
Ia melanjutkan, saat ini ada dua alat berat yang dikerahkan untuk kegiatan normalisasi sungai, yakni ekskavator amfibi yang fokus menangani Sungai Baamang dan ekskavator long arm untuk normalisasi saluran air di Jalan Ir Soekarno atau Lingkar Utara Sampit.
Setelah kedua jalur tersebut selesai, kegiatan normalisasi akan dilanjutkan untuk drainase dalam kota yang sementara ini masih mengandalkan tenaga manusia dan dikerjakan secara manual.
“Untuk drainase dalam kota tetap dikerjakan oleh tenaga rutin kami, tapi karena jumlah tenaganya terbatas sehingga tidak bisa mengerjakan semuanya sekaligus,” ujarnya.
Mentana menambahkan, setelah kegiatan normalisasi selesai pihaknya akan melakukan kajian secara menyeluruh. Namun, diketahui normalisasi tidak serta merta mencegah terjadinya banjir.
Selain kondisi saluran air yang belum memadai, topografi Sampit yang rendah dan siklus pasang-surut sungai berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Kendati begitu, dengan kegiatan normalisasi diharapkan apabila terjadi banjir, maka air bisa lebih cepat surut karena kondisi saluran air yang lancar.
Di samping upaya yang dilakukan pemerintah daerah, Mentana sangat mengharapkan partisipasi masyarakat, salah satunya dengan tidak membuang sampah ke saluran air, baik itu sungai maupun drainase. Karena pihaknya masih menemukan banyak sampah yang dibuang ke drainase maupun sungai.
“Normalisasi ini memang butuh effort yang besar dan peran serta masyarakat, misalnya kesadaran dalam membuang sampah. Karena ini demi kepentingan bersama,” demikian Mentana.
Baca juga: Polres Kotim amankan puluhan sepeda motor selama Ramadhan
Baca juga: Pelindo pastikan kesiapan fasilitas terminal Pelabuhan Sampit demi kenyamanan pemudik
Baca juga: Beras penyumbang inflasi tertinggi di Sampit pada Maret 2024
“Selama Ramadhan ini pengerukan Sungai Mentaya masih terus berlanjut, saat ini tersisa sekitar 500 meter lagi,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim, Mentana Dhinar Tistama di Sampit, Kamis.
Mentana menyampaikan, normalisasi Sungai Baamang merupakan salah satu upaya pemerintah daerah untuk mengatasi masalah banjir dalam kota yang kerap terjadi ketika musim hujan disertai pasang sungai.
Kegiatan ini dimulai November 2023 lalu. Sejauh ini sudah 6.340 meter dari panjang Sungai Baamang dikeruk dan tersisa 514 meter lagi hingga mencapai muara sungai yang ditargetkan selesai pada akhir April 2024.
Normalisasi sungai maupun saluran air merupakan kegiatan yang bersifat komprehensif. Artinya, dalam penanganannya tidak bisa hanya per satu titik, melainkan perlu dilakukan secara menyeluruh.
Kondisi tersebut pula yang menyebabkan masih ada wilayah di Kota Sampit yang terendam banjir genangan ketika hujan, meskipun sebagian alur sungai telah dinormalisasi karena pada pengerjaan memang belum selesai.
Terlebih, menurutnya pengerukan Sungai Baamang ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari tahapan normalisasi saluran air, baik itu sungai maupun drainase, di Kota Sampit. Masih banyak titik atau lokasi yang perlu ditangani secara bertahap.
“Saat ini kami menangani ring drain atau saluran utamanya dulu, yaitu Sungai Baamang, setelah ini dilanjutkan dengan drainase-drainase dalam kota,” ucapnya.
Ia melanjutkan, saat ini ada dua alat berat yang dikerahkan untuk kegiatan normalisasi sungai, yakni ekskavator amfibi yang fokus menangani Sungai Baamang dan ekskavator long arm untuk normalisasi saluran air di Jalan Ir Soekarno atau Lingkar Utara Sampit.
Setelah kedua jalur tersebut selesai, kegiatan normalisasi akan dilanjutkan untuk drainase dalam kota yang sementara ini masih mengandalkan tenaga manusia dan dikerjakan secara manual.
“Untuk drainase dalam kota tetap dikerjakan oleh tenaga rutin kami, tapi karena jumlah tenaganya terbatas sehingga tidak bisa mengerjakan semuanya sekaligus,” ujarnya.
Mentana menambahkan, setelah kegiatan normalisasi selesai pihaknya akan melakukan kajian secara menyeluruh. Namun, diketahui normalisasi tidak serta merta mencegah terjadinya banjir.
Selain kondisi saluran air yang belum memadai, topografi Sampit yang rendah dan siklus pasang-surut sungai berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Kendati begitu, dengan kegiatan normalisasi diharapkan apabila terjadi banjir, maka air bisa lebih cepat surut karena kondisi saluran air yang lancar.
Di samping upaya yang dilakukan pemerintah daerah, Mentana sangat mengharapkan partisipasi masyarakat, salah satunya dengan tidak membuang sampah ke saluran air, baik itu sungai maupun drainase. Karena pihaknya masih menemukan banyak sampah yang dibuang ke drainase maupun sungai.
“Normalisasi ini memang butuh effort yang besar dan peran serta masyarakat, misalnya kesadaran dalam membuang sampah. Karena ini demi kepentingan bersama,” demikian Mentana.
Baca juga: Polres Kotim amankan puluhan sepeda motor selama Ramadhan
Baca juga: Pelindo pastikan kesiapan fasilitas terminal Pelabuhan Sampit demi kenyamanan pemudik
Baca juga: Beras penyumbang inflasi tertinggi di Sampit pada Maret 2024