Jakarta (ANTARA) - Tanpa disadari, working from home/WHF alias bekerja dari rumah membuat kita mengudap atau ngemil lebih banyak dari biasanya.
Pada dasarnya orang Indonesia memang suka ngemil. Studi konsumen bertajuk "The State of Snacking" yang dilakukan Mondelez di Indonesia dan 11 negara lainnya mengungkapkan bahwa orang Indonesia 23 persen lebih banyak daripada rata-rata global.
Selain itu, disebutkan pula bahwa rata-rata orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.
Psikolog Klinis Tara De Thouars mengatakan bahwa kebiasaan ngemil berlebih memang sangat rentan terjadi selama WFH di masa pandemi virus corona baru (COVID-19) ini.
"Hal tersebut dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil dikarenakan perubahan kebiasaan yang mendadak, ataupun ketakutan akan pandemi itu sendiri. Cara ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater," kata Tara dalam keterangan pers di Jakarta pada Rabu.
Baca juga: Kudapan era 1990-an Canasta hadir kembali
Baca juga: Tips ngemil dari ahli gizi
Saat tekanan emosional hadir, Tara menjelaskan bahwa tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar.
"Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin beresiko jika dilakukan secara berulang," kata Tara.
Tara menyarankan agar ngemil bisa dilakukan dengan lebih bijak agar mendapatkan kepuasan dalam mengkonsumsi camilan sehingga tidak menimbulkan penyesalan setelahnya. Juga menghindari ngemil secara berlebih karena memperhatikan isyarat tubuh.
"Kegiatan ngemil sebaiknya dilakukan secara sadar agar manfaat bisa didapatkan. Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh Anda terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan," kata Tara.
Tara menjelaskan bahwa kebiasaan ngemil sesungguhnya bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh, asal dilakukan dengan bijak.
Baca juga: Manfaat ngemil kuaci
Baca juga: Suka ngemil malam hari? Siap-siap susah tidur dan obesitas
Memasuki bulan Ramadhan, kebiasaan ngemil pun perlu disesuaikan mengingat terbatasnya waktu makan. Namun, sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur ataupun berbuka sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa ataupun tidak.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia mengatakan "ngemil" bijak bisa dimulai dengan cara memilih camilan yang tepat, mengkonsumsinya pada waktu yang tepat, serta menikmati camilan tersebut dengan cara yang tepat pula.
"Menyadari apa yang kita cemil, dan mengkonsumsinya dengan penuh perhatian adalah inti dari ngemil lebih bijak," kata Khrisma.
Ngemil bijak bisa dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut:
1. Kenali isyarat tubuh mengapa Anda ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar atau perlu untuk mengembalikan mood.
2. Pilih camilan yang tepat berdasarkan isyarat tubuh tersebut, tentunya dengan memperhatikan porsi camilan dan waktu ketika Anda ngemil.
3. Perhatikan bagaimana Anda ngemil, dengan memaksimalkan semua indera Anda, karena Anda akan dapat mengenali isyarat tubuh, kapan harus berhenti ngemil.
"Oleh karenanya, sebaiknya ngemil tidak dilakukan sambil berkegiatan lain, misalnya main gadget," kata Khrisma.
Pada dasarnya orang Indonesia memang suka ngemil. Studi konsumen bertajuk "The State of Snacking" yang dilakukan Mondelez di Indonesia dan 11 negara lainnya mengungkapkan bahwa orang Indonesia 23 persen lebih banyak daripada rata-rata global.
Selain itu, disebutkan pula bahwa rata-rata orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.
Psikolog Klinis Tara De Thouars mengatakan bahwa kebiasaan ngemil berlebih memang sangat rentan terjadi selama WFH di masa pandemi virus corona baru (COVID-19) ini.
"Hal tersebut dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil dikarenakan perubahan kebiasaan yang mendadak, ataupun ketakutan akan pandemi itu sendiri. Cara ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater," kata Tara dalam keterangan pers di Jakarta pada Rabu.
Baca juga: Kudapan era 1990-an Canasta hadir kembali
Baca juga: Tips ngemil dari ahli gizi
Saat tekanan emosional hadir, Tara menjelaskan bahwa tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar.
"Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin beresiko jika dilakukan secara berulang," kata Tara.
Tara menyarankan agar ngemil bisa dilakukan dengan lebih bijak agar mendapatkan kepuasan dalam mengkonsumsi camilan sehingga tidak menimbulkan penyesalan setelahnya. Juga menghindari ngemil secara berlebih karena memperhatikan isyarat tubuh.
"Kegiatan ngemil sebaiknya dilakukan secara sadar agar manfaat bisa didapatkan. Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh Anda terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan," kata Tara.
Tara menjelaskan bahwa kebiasaan ngemil sesungguhnya bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh, asal dilakukan dengan bijak.
Baca juga: Manfaat ngemil kuaci
Baca juga: Suka ngemil malam hari? Siap-siap susah tidur dan obesitas
Memasuki bulan Ramadhan, kebiasaan ngemil pun perlu disesuaikan mengingat terbatasnya waktu makan. Namun, sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur ataupun berbuka sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa ataupun tidak.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia mengatakan "ngemil" bijak bisa dimulai dengan cara memilih camilan yang tepat, mengkonsumsinya pada waktu yang tepat, serta menikmati camilan tersebut dengan cara yang tepat pula.
"Menyadari apa yang kita cemil, dan mengkonsumsinya dengan penuh perhatian adalah inti dari ngemil lebih bijak," kata Khrisma.
Ngemil bijak bisa dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut:
1. Kenali isyarat tubuh mengapa Anda ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar atau perlu untuk mengembalikan mood.
2. Pilih camilan yang tepat berdasarkan isyarat tubuh tersebut, tentunya dengan memperhatikan porsi camilan dan waktu ketika Anda ngemil.
3. Perhatikan bagaimana Anda ngemil, dengan memaksimalkan semua indera Anda, karena Anda akan dapat mengenali isyarat tubuh, kapan harus berhenti ngemil.
"Oleh karenanya, sebaiknya ngemil tidak dilakukan sambil berkegiatan lain, misalnya main gadget," kata Khrisma.