Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah upayakan perbaikan Jembatan Sapihan yang menjadi akses utama beberapa desa menuju Kelurahan Samuda Kota, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS). 

“Kami meninjau kondisi jembatan di Sungai Sapihan yang kondisinya sudah rusak dan perlu dibenahi, apalagi jembatan itu akses utama bagi beberapa desa menuju Samuda Kota,” kata Bupati Kotim Halikinnor di MHS, Sabtu. 

Halikinnor didampingi Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (SDABMBKPRKP) Kotim, Camat MHS dan lurah setempat meninjau kondisi jembatan dengan material kayu ulin tersebut. 

Berdasarkan keterangan lurah setempat Jembatan Sapihan telah berdiri kurang lebih 20 tahun dan sejak itu belum pernah dilakukan pemeliharaan dari pemerintah daerah, sehingga lambat laun kondisi jembatan mengalami kerusakan.

Jembatan itu menjadi akses utama dari Desa Basirih Hilir ke Kelurahan Samuda Kota. 

Selain itu, dengan adanya pelabuhan rakyat di Basirih Hilir, maka jembatan itu juga digunakan untuk warga dari desa di seberang Sungai Mentaya, seperti Desa Satiruk dan Babirah. Terutama untuk mengangkut hasil bumi untuk dijual ke Pasar Samuda. 

“Bisa dikatakan jembatan ini termasuk jantung penghubung wilayah hulu dan hilir, sehingga dalam waktu dekat jembatan ini akan kami perbaiki,” ujar Halikinnor. 

Jembatan Sapihan memiliki lebar 4 meter dan panjang 30 meter. Berdasarkan perhitungan pihaknya, jika jembatan tersebut dibangun ulang menggunakan konstruksi beton diperlukan anggaran hingga Rp12 miliar dan itu membutuhkan waktu

Selain itu, pihaknya perlu menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran daerah. Sehingga, rencananya akan dilakukan perbaikan sementara dengan tetap menggunakan material kayu ulin. 

Baca juga: Bupati Kotim optimistis MTQ ke 55 dilaksanakan tepat waktu

“Kami juga mempertimbangkan kedepannya apakah tetap menggunakan kayu ulin atau dibangun konstruksi baru menggunakan beton. Karena dari estimasi Rp12 miliar itu kalau ditunda tahun depan kemungkinan bakal naik Rp13 miliar lebih mengikuti kenaikan harga material,” jelasnya. 

Akan tetapi, Halikinnor menyampaikan bahwa mencari kayu ulin di Kotim sekarang sudah sulit. Disamping kayu tersebut mulai langka, ada aturan tertentu terkait jual belinya. 

Sehingga, pihaknya perlu berkoordinasi dengan pihak berwajib agar tidak terjadi pelanggaran terkait penggunaan kayu khas Kalimantan yang dijuluki kayu besi tersebut. 

Sehubungan dengan itu, Halikinnor meminta masyarakat bersabar sampai jembatan bisa diperbaiki dan berlalu lintas dengan lebih hati-hati. Khususnya untuk kendaraan roda empat keatas dianjurkan agar mencari jalan alternatif lain, karena dikhawatirkan jembatan itu patah kalau dilalui kendaraan berat. 

Camat MHS Syahrial menyampaikan Jembatan Sapihan sebenarnya bukan satu-satunya akses penghubung Desa Basirih Hilir ke Kelurahan Samuda Kota. 

Masih banyak jembatan lain, namun ia tak memungkiri keberadaan Jembatan Sapihan sangat vital karena menjadi akses terdekat untuk menuju Pasar Samuda dari Desa Basirih Hilir. 

“Sebenarnya masih ada alternatif jalan yang lain, namun kondisi jembatannya kurang lebih sama. Selain itu jembatan di sungai sapihan adalah jembatan terpanjang di Samuda Kota,” bebernya. 

Syahrial bersyukur karena dengan kunjungan rombongan bupati, maka jembatan yang berusia lebih dari 20 tahun tersebut akhirnya bisa diperbaiki. 

Bukan hanya itu ada beberapa fasilitas umum lainnya di Kecamatan MHS yang mendapat perhatian dari pemerintah daerah, seperti peningkatan Jalan Partoe Muksin, renovasi tribun, pengurukan lapangan sepak bola hingga perbaikan penerangan jalan umum. 

Baca juga: Bupati Kotim tegaskan penggunaan dana BOSP harus tepat sasaran

Baca juga: PemkabKotim bersiap hadapi evaluasi Smart City

Baca juga: Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kotim 2023 ditandatangani


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024