Kuala Kapuas, Kalteng, 7/2 (ANTARA) - Warga sekitar perusahaan tambang batubara di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) diharapkan secara khusus menggunakan briket batubara sebagai alternatif pengganti minyak tanah meskipun masih kurang diminati.
"Penggunaan briket batubara ini pernah diprogramkan dan disosialisasikan beberapa tahun yang lalu, namun tidak diminati," kata Kepala Bidang Mineral, Kelistrikan dan Energi (Milisen) Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kapuas, Agus Gajahmada, di Kuala Kapuas, Kamis.
Sehingga akibatnya warga di sekitar perusahaan tambang batubara yang melimpah dengan batubara tetap mengandalkan minyak tanah, serta kayu untuk berbagai keperluan pengolahan makanan, katanya.
Kurangnya minat warga tersebut dikarenakan biaya pembuatannya yang cukup mahal jika dibandingkan dengan harga jual minyak tanah dalam satu liternya, terang Agus.
Penggunaan briket ini bagi warga sekitar tambang batu bara juga tidak didukung oleh pihak perusahaan tambang batu bara dalam penyediaan bahan baku serta alat pembuatannya maupun kompor briket.
"Briket batu bara cocok digunakan untuk usaha rumah makan maupun restoran saja, karena panas yang dihasil sangat tinggi dan kontinyu," katanya.
Menurutnya, kurangnya minat warga tersebut juga dikarenakan tidak ada pabrik pembuatan briket batubara di Kabupaten Kapuas serta masih melipahnya kayu untuk kayu bakar.
Briket Batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak Tanah yang paling murah.
Keunggulan penggunaan briket batu bara ini lebih murah, sangat baik untuk pembakaran yang lama, tidak beresiko meledak/terbakar, tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga dengan sumber batubara berlimpah.
"Penggunaan briket batu bara ini juga masih menggunakan minyak tanah untuk penyalaan awal," ujarnya.
(T.KR-GR/C/N001/N001)