Virtual juga rambah dunia energi, Toshiba kembangkan ini

id Toshiba,pembangkit listrik virtual ,Virtual juga rambah dunia energi, Toshiba kembangkan ini

Virtual juga rambah dunia energi, Toshiba kembangkan ini

Skema pembangkit listrik virtual atau Virtual Power Plant (VPP). (ANTARA News/Toshiba)

Jakarta (ANTARA) - Perkembangan teknologi virtual bukan hanya pada uang, yang ditandai munculnya Bitcon dan lain-lain, virtual juga merambah dunia energi, dan Toshiba sekarang mengembangkan teknologi Internet of Things untuk mengontrol pembangkit listrik virtual atau Virtual Power Plant (VPP).

VPP, yang membawa teknologi manajemen energi canggih ke sumber pembangkit energi yang tersebar, mengikat energi bersama dalam jaringan -- disebut pembangkit listrik virtual --, dan penerapan IoT dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menggabungkan keluaran dan mengendalikan koneksi mereka ke jaringan.

Dikombinasi dan dikelola oleh VPP, titik-titik pembangkit listrik yang kecil dan terisolasi dapat digunakan dalam load-leveling, untuk menyerap kelebihan pasokan dari energi terbarukan dan memberikan pasokan selama terjadi kekurangan.

"VPP adalah solusi yang memecahkan masalah pada kedua sisi, pembangkit dan permintaan," menurut perusahaan teknologi Toshiba dalam pernyataannya, dikutip Jumat.

Dalam pengelolaan energi yang lebih efisien ke depan itu, Toshiba hadir dengan teknologi IoT untuk memantau dan mengontrol peralatan dan perangkat dari jarak jauh, dan pengetahuan AI yang dapat memberikan perkiraan akurat pembangkit listrik dari energi terbarukan dan permintaan konsumen.

VPP, jelas Toshiba, sangat bermanfaat untuk mengatur keseimbangan antara pasokan dan permintaan energi terbarukan ke depan dengan lebih efisien. Sumber energi terbarukan seperti solar dan pembangkit listrik tenaga angin rentan terhadap pengaruh cuaca dan kondisi pada malam hari (tanpa sinar Matahari), sehingga pasokannya fluktuatif.

Dengan VPP, dimana sumber-sumber energi terhubung dan bisa dikontrol keseimbangan pasokan dan permintaannya, maka kekurangan energi di satu tempat dapat segera dipasok dengan lebih efisien.

Ke depan, konsumen tidak lagi hanya menggunakan listrik tapi juga bisa menghasilkan listrik berkat berkembangnya teknologi baterai penyimpanan dan kendaraan berpenggerak motor listrik yang bisa menghasilkan listrik juga.

Seperti VPP, menurut Toshiba, negawatt (unit daya yang mewakili sejumlah daya listrik--diukur dalam watt-- yang dihemat) juga menarik perhatian. Hal itu tidak hanya karena insentif negawatt mendorong konsumen untuk menggunakan lebih sedikit listrik, tapi juga karena pengurangan yang mereka hasilkan dapat diperdagangkan sebagai komoditas.

Perusahaan yang menghasilkan negawatt dapat menjualnya ke perusahaan lain dengan pertukaran. Skema percontohan sedang berlangsung di seluruh dunia, di AS, Eropa, dan Jepang proyek ini sudah mulai diuji sejak tahun fiskal 2017.

Pasar skala penuh negawatt diperkirakan sudah berjalan pada 2021. Perdagangan negawatt biasanya didorong pengumpul yang bekerja sama dengan utilitas litrik dan pelanggan seperti pabrik sebagai konsumen listrik besar.

Ketika pasokan terlihat padat, mereka menawarkan insentif moneter kepada pelanggan untuk memangkas penggunaan dan mengurangi permintaan, suatu proses yang dikenal sebagai respons permintaan. Ini meringankan tekanan pada pemasok dan juga menghewat listrik sebagai negawatt.

Dalam pasar yang terealisasi penuh dimungkinkan untuk membeli listrik yang dihasilkan dari semua jenis sumber pasokan listrik, termasuk pembangkit berbiaya rendah dari konsumen.

Seiring kemajuan pada 2020-an dan pasar pasokan energi terbarukan tumbuh, VPP akan memainkan peran mengelola dan menggunakan sumber daya yang didistribusikan secara luas. Potensi berbagai fasilitas pembangkit skala kecil yang tersebar luas di kantor, pabrik dan rumah, bahkan mobil listrik, sangat lah besar.

"Di masa depan yang baru, VPP akan memiliki peran yang sangat diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang terdekarbonisasi," demikian Toshiba.