Jakarta (ANTARA) - Teknologi autopilot yang sudah lama diaplikasikan pada pesawat terbang, sekarang juga diterapkan pada moda transportasi darat untuk mobil swakemudi (self-driving cars). Lalu apakah hal itu aman?
Autopilot, berdasarkan statistik memang lebih aman karena sebagian besar kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia (human error).
Dengan alasan itu, Tesla dan Google menerapkan teknologi autopilot pada mobil. Hal itu relevan mengingat arus lalu lintas di jalan jauh lebih padat dan tingkat kepatuhan pengemudi di jalan raya yang sangat rendah dibandingkan dengan pilot yang harus menempuh pelatihan dan uji sertifikasi bertahun-tahun.
Namun, beberapa konsumen masih skeptis terhadap teknologi swakemudi menyusul kematian seorang pejalan kaki di AS dalam kecelakaan mobil berteknologi swakemudi.
Dengan perkembangan pembelajaran mesin (machine learning), pengenalan gambar (image recognition), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), menurut perusahaan teknologi Jepang Toshiba, keamanan mobil swakemudi menjadi keniscayaan.
Sistem self-driving cars membutuhkan pengenalan gambar tingkat tinggi (high-level image recognition) untuk melihat dan memahami lingkungannya, diikuti dengan pengambilan keputusan, sehingga manusia tidak harus melakukannya.
Terkait dengan keamanan teknologi self-driving cars, pengenalan gambar dan deep learning dari artificial intelligence (AI) adalah dua hal yang yang mutlak bagi masa depan teknologi ini.
Toshiba telah melakukan penelitian dasar dalam teknologi pengenalan gambar selama lebih dari setengah abad.
Dan hasilnya adalah prosesor Visconti, dengan versi terbarunya adalah Visconti5, yang tidak hanya berkontribusi pada semua fungsi image recognition dan AI tetapi juga mampu melakukannya dengan konsumsi daya yang lebih rendah daripada prosesor konvensional yang ada saat ini.
tidak peduli seberapa bagus teknologi pengenalan gambar, dia tidak dapat menjadi bisnis yang berdiri sendiri. Dia hanya layak menjadi sebuah bisnis, sebuah produk, ketika Anda 'menjelmakannya' sebagai sebuah prosesor," kata Ryuzo Okada, Manajer Senior Laboratorium Media AI, Pusat Penelitian & Pengembangan Perusahaan, Toshiba Corporation, dalam pernyataannya, Selasa.
Tidak mudah, dengan sumber daya kami yang terbatas pada saat itu, untuk menciptakan sistem berkinerja tinggi yang juga membutuhkan konsumsi daya yang rendah," kata Takashi Miyamori, Manajer Umum Pusat Penelitian & Pengembangan Perangkat Elektronik & Penyimpanan di Toshiba, menambahkan.
Berita Terkait
Desa di pesisir Kapuas diajak kembangkan potensi hasil laut
Rabu, 27 Maret 2024 6:33 Wib
DWP Disarpustaka Kapuas kembangkan tanam hidroponik
Senin, 25 Maret 2024 13:39 Wib
DWP Disarpustaka Kapuas kembangkan penanaman sistem hidroponik
Minggu, 17 Maret 2024 19:48 Wib
UPTD Balai Pembibitan Ternak Barut kembangkan ternak ayam petelur
Jumat, 15 Maret 2024 16:23 Wib
Legislator minta pemkot dukung petani kembangkan durian
Minggu, 3 Maret 2024 15:10 Wib
Mantan pegawai Twitter kembangkan platform perangkum berita berbasis AI
Selasa, 27 Februari 2024 19:39 Wib
Erick Thohir: Indonesia harus kembangkan kota-kota baru untuk pertumbuhan ekonomi
Rabu, 21 Februari 2024 21:43 Wib
Pj Bupati dukung kelompok tani kembangkan budi daya bawang merah di Kobar
Senin, 5 Februari 2024 16:49 Wib