Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, mengatakan bahwa sebagian besar pasien kanker serviks tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap penyakit tersebut.
"Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien," ujar Soeko dalam webinar bertajuk "Lindungi Diri dan Orang Terkasih dari Kanker Serviks" pada Sabtu (30/1).
Kendati demikian ada beberapa tanda yang menunjukkan anomali pada area leher rahim yang sudah terpapar human papilloma virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks. Salah satunya adalah terjadinya keputihan yang tidak wajar.
Baca juga: Mahasiswa UI temukan obat alternatif kanker serviks
Baca juga: Kena kanker serviks tak berarti vonis mati
Perempuan perlu waspada bila mengalami keputihan dengan konsistensi yang tidak biasa, berbau tak sedap, disertai sensasi terbakar serta gatal di dalam dan sekitar area vagina.
Dokter spesialis ginekologi onkologi RS Kanker Dharmais Jakarta, Widyorini Lestari Hutami Hanafi Sp.OG (K) Onk mengatakan bahwa gejala berupa keputihan tidak wajar tersebut akan terjadi bila penderita kanker setidaknya sudah memasuki stadium 1B.
"Gejala seperti keputihan itu biasanya sudah memasuki stadium yang sudah agak parah. Kemudian adanya pendarahan saat bersenggama atau di luar siklus haid," ujar Widyorini.
Selain keputihan yang tidak wajar gejala berupa nyeri pada area pinggul yang menjalar hingga pergelangan kaki juga perlu diwaspadai.
"Bila sudah merasa nyeri pinggul yang menjalar hingga kaki dan sulit buang air kecil, baiknya segera memeriksakan diri ke dokter," kata Widyorini.
Widyorini kemudian menyatakan hal serupa dengan Soeko, bahwa lesi prakanker serviks tidak bergejala, sehingga gejala-gejala seperti keputihan tidak wajar baru nampak ketika penderita sudah memasuki stadium lanjut.
Untuk itu Widyorini mengingatkan pentingnya perubahan pola pikir perempuan, supaya melakukan pencegahan berupa vaksinasi HPV serta melakukan skrining berupa papsmear dan tes HPV DNA, tanpa menunggu munculnya gejala kanker serviks.
"Jangan datang ke dokter ketika sudah bergejala, tapi masih sehat pun juga harus skrining supaya ketika ditemukan lesi prakanker bisa langsung diterapi," jelas Widyorini.
Bila vaksinasi HPV dapat dilakukan sejak anak perempuan berusia 9 tahun, maka pap
smear paling cepat dapat dilakukan setelah dimulainya hubungan intim untuk pertama kali. Widyorini berpesan bahwa pap smear sebaiknya dilakukan setiap satu tahun sekali, sedangkan tes HPV DNA dapat tiga tahun sekali kalau hasilnya negatif.
Berita Terkait
Kemenkes libatkan farmasi swasta kembangkan skrining kanker serviks
Jumat, 29 November 2024 13:36 Wib
Apakah imunisasi cukup untuk cegah kanker serviks?
Rabu, 15 November 2023 17:30 Wib
Bio Farma ajak perempuan di Kalteng semakin peduli dengan kesehatan, cegah kanker serviks
Sabtu, 15 Juli 2023 6:43 Wib
Vaksin HPV resiliensi cegah kanker serviks sejak dini
Rabu, 2 November 2022 16:16 Wib
Awas! Seks usia dini tingkatkan risiko kanker serviks
Selasa, 25 Oktober 2022 17:03 Wib
Vaksinasi kanker serviks berskala nasional digelar mulai tahun depan
Jumat, 22 April 2022 12:54 Wib
Menkes: Kanker serviks dapat dicegah dengan imunisasi HPV
Jumat, 4 Februari 2022 22:13 Wib
Perdarahan terus menerus jadi gejala kanker serviks terbanyak
Jumat, 4 Februari 2022 13:14 Wib