Angka kesembuhan COVID capai 85,88 persen
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan angka kesembuhan COVID-19 di Indonesia mencapai 85,88 persen di mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan global.
"Sampai dengan saat ini kasus aktif nasional telah mencapai 153.074 orang, yang sembuh telah mencapai 1.121.141 orang atau 85,88 persen angka yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan global saat ini," kata Doni dalam acara virtual peringatan Setahun Pandemi COVID-19 dengan tema Inovasi Indonesia Untuk Indonesia Pulih, Bangkit dan Maju di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan angka kasus kematian akibat COVID-19 di Tanah Air masih relatif tinggi yaitu 36.325 orang. Dibandingkan dengan persentase angka kematian global yakni 2,2 persen, maka selisihnya dengan nasional adalah 0,5 persen. Hal itu perlu menjadi perhatian semua untuk menurunkan angka kematian COVID-19 di Indonesia.
Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, mengajak para peneliti dan inovator untuk bisa mencari jalan keluar atau solusi agar angka kematian nasional tidak semakin bertambah.
Dari data satu tahun terakhir, 85 persen mereka yang meninggal akibat COVID-19 adalah kelompok usia di atas 47 tahun dengan komorbid, dan risiko yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang memiliki komorbid lebih dari satu. Khusus di Jawa Timur, 92 persen mereka yang meninggal akibat COVID-19 adalah penderita komorbid diabet.
"Jadi sebenarnya bapak ibu para periset bisa menggali data lebih dalam dari satgas untuk bisa membantu melakukan berbagai macam upaya agar angka kematian kita tidak semakin bertambah," ujarnya.
Untuk penanggulangan COVID-19, ia berharap, riset juga mengambil porsi tidak hanya di bidang teknologi tapi juga di bidang perubahan perilaku masyarakat.
"Harapan kami di samping keberhasilan Kementerian Riset dan Teknologi yang berhasil menghasilkan 61 produk, kami juga berharap riset juga menyentuh pendekatan emosional warga yaitu perubahan perilaku," ujarnya.
Doni berharap, lahir produk riset yang bisa menyentuh pendekatan emosional warga untuk perubahan perilaku dalam menghadapi COVID-19.
Di samping itu, Ketua Satgas menuturkan seluruh komponen baik dari pusat sampai ke daerah, tingkat desa, kelurahan, RT dan RW harus bergerak bersama untuk menekan angka kasus COVID-19 di seluruh wilayah Indonesia.
Disiplin melakukan protokol kesehatan, kekompakan dan pelaksanaan 3T (tracing, testing, treatment) terus dilakukan dengan giat dan bersinergi.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berbasis skala mikro semakin dioptimalkan agar ujung tombak dari penanganan COVID-19 berada di tingkat desa dan kelurahan.
Desa dan kelurahan harus mengedepankan pendekatan penanganan lewat RT dan RW. Jika kepemimpinan di tingkat RT dan RW baik, maka akan lebih banyak lagi area menjadi zona hijau.
"Mudah-mudahan pada ulang tahun perayaan kemerdekaan bangsa kita, kita bisa mengendalikan COVID-19 ini dengan lebih baik, mengurangi angka yang terpapar COVID-19 dan juga mengurangi angka kematian," tutur Doni.
"Sampai dengan saat ini kasus aktif nasional telah mencapai 153.074 orang, yang sembuh telah mencapai 1.121.141 orang atau 85,88 persen angka yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan global saat ini," kata Doni dalam acara virtual peringatan Setahun Pandemi COVID-19 dengan tema Inovasi Indonesia Untuk Indonesia Pulih, Bangkit dan Maju di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan angka kasus kematian akibat COVID-19 di Tanah Air masih relatif tinggi yaitu 36.325 orang. Dibandingkan dengan persentase angka kematian global yakni 2,2 persen, maka selisihnya dengan nasional adalah 0,5 persen. Hal itu perlu menjadi perhatian semua untuk menurunkan angka kematian COVID-19 di Indonesia.
Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, mengajak para peneliti dan inovator untuk bisa mencari jalan keluar atau solusi agar angka kematian nasional tidak semakin bertambah.
Dari data satu tahun terakhir, 85 persen mereka yang meninggal akibat COVID-19 adalah kelompok usia di atas 47 tahun dengan komorbid, dan risiko yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang memiliki komorbid lebih dari satu. Khusus di Jawa Timur, 92 persen mereka yang meninggal akibat COVID-19 adalah penderita komorbid diabet.
"Jadi sebenarnya bapak ibu para periset bisa menggali data lebih dalam dari satgas untuk bisa membantu melakukan berbagai macam upaya agar angka kematian kita tidak semakin bertambah," ujarnya.
Untuk penanggulangan COVID-19, ia berharap, riset juga mengambil porsi tidak hanya di bidang teknologi tapi juga di bidang perubahan perilaku masyarakat.
"Harapan kami di samping keberhasilan Kementerian Riset dan Teknologi yang berhasil menghasilkan 61 produk, kami juga berharap riset juga menyentuh pendekatan emosional warga yaitu perubahan perilaku," ujarnya.
Doni berharap, lahir produk riset yang bisa menyentuh pendekatan emosional warga untuk perubahan perilaku dalam menghadapi COVID-19.
Di samping itu, Ketua Satgas menuturkan seluruh komponen baik dari pusat sampai ke daerah, tingkat desa, kelurahan, RT dan RW harus bergerak bersama untuk menekan angka kasus COVID-19 di seluruh wilayah Indonesia.
Disiplin melakukan protokol kesehatan, kekompakan dan pelaksanaan 3T (tracing, testing, treatment) terus dilakukan dengan giat dan bersinergi.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berbasis skala mikro semakin dioptimalkan agar ujung tombak dari penanganan COVID-19 berada di tingkat desa dan kelurahan.
Desa dan kelurahan harus mengedepankan pendekatan penanganan lewat RT dan RW. Jika kepemimpinan di tingkat RT dan RW baik, maka akan lebih banyak lagi area menjadi zona hijau.
"Mudah-mudahan pada ulang tahun perayaan kemerdekaan bangsa kita, kita bisa mengendalikan COVID-19 ini dengan lebih baik, mengurangi angka yang terpapar COVID-19 dan juga mengurangi angka kematian," tutur Doni.