Psikolog klinis anak dan remaja dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia (UI), Andini Sugeng, mengatakan pemberian hadiah merupakan sebuah penyemangat bagi anak untuk menjalankan puasa.
Akan tetapi, hadiah tersebut jangan sampai mengalahkan tujuan utama dari berpuasa yakni beribadah.
Baca juga: Resep sajian kurma untuk buka puasa
"Boleh enggak apa-apa karena anak-anak ini kan masih di fase konkrit ya, iming-iming ini kan tujuannya untuk semangat tapi harus hati-hati ketika iming-iming ini menjadi tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh si anak," ujar Andini kepada ANTARA pada Rabu.
"Misalnya dari usahanya, iming-imingnya terlalu besar dan nanti malah jadi enggak berharga dan enggak berkesan," kata Andini melanjutkan.
Pemberian hadiah karena berhasil melewati masa 30 hari penuh saat Ramadhan adalah hal yang wajar, bahkan kebiasaan ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.
Baca juga: MUI tak anjurkan buka puasa dengan cara prasmanan selama pandemi
Akan tetapi, hadiah ini baiknya disesuaikan dengan kebutuhan sang anak, seperti untuk perlengkapan Lebaran atau persiapan menjelang tahun ajaran baru sekolah.
"Kecil kan kita suka dikasih iming-iming, enggak apa-apa tapi pakai syarat. Misalnya gini, hadiahnya pas Lebaran ya karena dibutuhkan anak itu, entah baju tapi bukan berarti Lebaran harus baju baru," kata Andini.
"Tapi bersamaan juga dengan Lebaran kan mau mendekati tahun ajaran baru, bisa juga disesuaikan dengan itu juga. Yang penting tidak membuat anak pengin puasa karena mau dapat hadiah," imbuh Andini.
Baca juga: Berikut tips menyiasati busui yang ingin puasa
Baca juga: Tips turunkan berat badan sambil puasa Ramadhan
Baca juga: Tips meminimalkan konflik dengan pasangan selama Ramadhan