Hadapi riam demi sukseskan vaksinasi COVID-19 di pedalaman Kotim
Sampit (ANTARA) - Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, penuh tantangan, terlebih di kawasan pedalaman yang geografisnya rumit dan sulit dijangkau.
"Seperti itulah kondisinya. Harus menempuh riam, kadang harus mendorong perahu motor yang kandas karena dangkal. Juga harus menginap karena jarak satu desa ke desa cukup jauh," kata Pelaksana Tugas Camat Antang Kalang, Watmin di Sampit, Minggu.
Antang Kalang salah satu kecamatan yang geografisnya sulit. Masih banyak desa yang aksesnya harus mengandalkan transportasi sungai dengan waktu tempuh hingga empat jam dengan medan yang sulit dan berbahaya karena banyak riam.
Seperti saat melaksanakan vaksinasi COVID-19 ke tiga desa yaitu Tumbang Gagu, Buntut Nusa dan Tumbang Ramei. Tim harus menempuh perjalanan menyusuri sungai dan bermalam di desa untuk melaksanakan vaksinasi tersebut.
Untuk menuju Desa Tumbang Gagu, rombongan menggunakan perahu motor kecil dari Tumbang Kalang pusat Kecamatan Antang Kalang. Perjalanan ke desa paling ujung itu membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam dengan riam-riam berarus deras yang harus ditempuh.
Watmin bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan yang turut mendampingi petugas kesehatan, harus bermalam di Tumbang Gagu. Kegiatan vaksinasi baru dilaksanakan pagi harinya.
Tidak hanya medan perjalanan yang berat, pelaksanaan vaksinasi juga harus diikuti upaya pendekatan yang baik karena ada saja warga yang enggan divaksinasi akibat pemahaman yang kurang tepat. Setelah diberi penjelasan, warga malah antusias mengikuti vaksinasi, bahkan sebagian tidak bisa dilayani karena alokasi vaksin yang tersedia terbatas.
Kegiatan dilanjutkan dengan vaksinasi di Desa Buntut Nusa. Untuk menuju desa ini rombongan menempuh perjalanan jalur sungai selama 45 menit. Masyarakat desa ini juga antusias mengikuti vaksinasi, bahkan vaksin yang dialokasi juga tidak mencukupi.
Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Tumbang Ramei dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit. Tim bermalam di desa ini dan vaksinasi baru dilakukan besok harinya. Warga desa ini juga tidak kalah antusias mengikuti vaksinasi, namun sayang vaksin yang tersedia sangat terbatas.
Usai vaksinasi di Desa Tumbang Ramei, tim pulang ke Desa Tumbang Kalang dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Selain vaksinasi, agenda di tiga desa itu juga diisi musyawarah desa setempat.
Watmin berharap vaksin dipasok sesuai kebutuhan karena masyarakat di Kecamatan Antang Kalang sangat antusias mengikuti vaksinasi. Selain itu, memerlukan waktu, tenaga dan biaya besar untuk kegiatan vaksinasi jemput bola ke desa-desa.
"Kalau kita berharap warga yang datang mengikuti vaksinasi ke puskesmas di kecamatan, cukup sulit karena jarak, medan, waktu dan biaya. Mudah-mudahan saja pasokan vaksin sesuai kebutuhan, jadi ketika kita ke desa-desa itu semua warga yang memenuhi syarat,l kesehatan, bisa kita layani," harap Watmin.
Sementara itu, kekurangan vaksin tidak hanya terjadi di puskesmas kawasan pelosok, tetapi juga di Kota Sampit. Sepekan terakhir banyak puskesmas yang tidak melayani vaksinasi karena stok vaksin yang tersisa menipis dan diprioritaskan untuk warga yang menjalani vaksinasi dosis kedua.
Bupati Halikinnor mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan masalah ini kepada pemerintah provinsi. Bahkan dia sudah meminta dibuatkan surat resmi kepada gubernur dan ditembuskan kepada presiden agar Kotawaringin Timur diberi prioritas penambahan vaksin.
"Kotawaringin Timur ini menjadi percontohan karena penduduknya paling banyak di Kalimantan Tengah. Semua kekuatan kita kerahkan, termasuk dibantu TNI dan Polri untuk optimalisasi vaksinasi, tapi ternyata malah pasokan vaksinnya yang tidak mampu mengimbangi kebutuhan kita," kata Halikinnor.
Hingga Minggu, alokasi vaksin sebanyak 68.540 dosis dengan rincian 66.820 dosis vaksin Sinovac dan 1.120 dosis vaksin Astra Zenica. Jumlah vaksin terpakai pada Minggu sebanyak 818 dosis sehingga total jumlah vaksin terpakai sebanyak 66.768 dosis.
Perkembangan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan yaitu dosis 1 sebanyak 96,59 persen dan dosis 2 sebanyak 89,77 persen. Vaksinasi terhadap petugas layanan publik untuk dosis 1 sebanyak 105,92 persen dan dosis 2 sebanyak 40,67 persen.
Vaksinasi terhadap warga lanjut usia atau lansia untuk dosis 1 sebanyak 25,62 persen dan dosis 2 sebanyak 8,18 persen. Sisa vaksin saat ini 1.860 dosis.
Sementara itu, perkembangan kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur pada Minggu siang terdapat penambahan 37 orang terpapar COVID-19. Selain itu ada sembilan orang pasien sembuh, namun ada satu orang yang meninggal dunia.
Secara keseluruhan, jumlah kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah mencapai 3.598 kasus, terdiri dari 3.017 kasus sembuh, 480 orang masih ditangani dan 101 orang meninggal dunia.
Halikinnor mengimbau masyarakat mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Kebijakan pembatasan kegiatan juga harus dipatuhi agar bisa rantai penularan COVID-19 bisa diputus.
"Jangan berpikir seolah-olah ini hanya kepentingan pemerintah. Kita harus sadar bahwa ini demi keselamatan kita juga. Masyarakat harus membantu karena sebesar apapun upaya pemerintah, hasilnya tidak akan maksimal kalau tidak didukung oleh masyarakat," demikian Halikinnor.
Baca juga: Sudah 100 orang penderita COVID-19 di Kotim meninggal dunia
"Seperti itulah kondisinya. Harus menempuh riam, kadang harus mendorong perahu motor yang kandas karena dangkal. Juga harus menginap karena jarak satu desa ke desa cukup jauh," kata Pelaksana Tugas Camat Antang Kalang, Watmin di Sampit, Minggu.
Antang Kalang salah satu kecamatan yang geografisnya sulit. Masih banyak desa yang aksesnya harus mengandalkan transportasi sungai dengan waktu tempuh hingga empat jam dengan medan yang sulit dan berbahaya karena banyak riam.
Seperti saat melaksanakan vaksinasi COVID-19 ke tiga desa yaitu Tumbang Gagu, Buntut Nusa dan Tumbang Ramei. Tim harus menempuh perjalanan menyusuri sungai dan bermalam di desa untuk melaksanakan vaksinasi tersebut.
Untuk menuju Desa Tumbang Gagu, rombongan menggunakan perahu motor kecil dari Tumbang Kalang pusat Kecamatan Antang Kalang. Perjalanan ke desa paling ujung itu membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam dengan riam-riam berarus deras yang harus ditempuh.
Watmin bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan yang turut mendampingi petugas kesehatan, harus bermalam di Tumbang Gagu. Kegiatan vaksinasi baru dilaksanakan pagi harinya.
Tidak hanya medan perjalanan yang berat, pelaksanaan vaksinasi juga harus diikuti upaya pendekatan yang baik karena ada saja warga yang enggan divaksinasi akibat pemahaman yang kurang tepat. Setelah diberi penjelasan, warga malah antusias mengikuti vaksinasi, bahkan sebagian tidak bisa dilayani karena alokasi vaksin yang tersedia terbatas.
Kegiatan dilanjutkan dengan vaksinasi di Desa Buntut Nusa. Untuk menuju desa ini rombongan menempuh perjalanan jalur sungai selama 45 menit. Masyarakat desa ini juga antusias mengikuti vaksinasi, bahkan vaksin yang dialokasi juga tidak mencukupi.
Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Tumbang Ramei dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit. Tim bermalam di desa ini dan vaksinasi baru dilakukan besok harinya. Warga desa ini juga tidak kalah antusias mengikuti vaksinasi, namun sayang vaksin yang tersedia sangat terbatas.
Usai vaksinasi di Desa Tumbang Ramei, tim pulang ke Desa Tumbang Kalang dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Selain vaksinasi, agenda di tiga desa itu juga diisi musyawarah desa setempat.
Watmin berharap vaksin dipasok sesuai kebutuhan karena masyarakat di Kecamatan Antang Kalang sangat antusias mengikuti vaksinasi. Selain itu, memerlukan waktu, tenaga dan biaya besar untuk kegiatan vaksinasi jemput bola ke desa-desa.
"Kalau kita berharap warga yang datang mengikuti vaksinasi ke puskesmas di kecamatan, cukup sulit karena jarak, medan, waktu dan biaya. Mudah-mudahan saja pasokan vaksin sesuai kebutuhan, jadi ketika kita ke desa-desa itu semua warga yang memenuhi syarat,l kesehatan, bisa kita layani," harap Watmin.
Sementara itu, kekurangan vaksin tidak hanya terjadi di puskesmas kawasan pelosok, tetapi juga di Kota Sampit. Sepekan terakhir banyak puskesmas yang tidak melayani vaksinasi karena stok vaksin yang tersisa menipis dan diprioritaskan untuk warga yang menjalani vaksinasi dosis kedua.
Bupati Halikinnor mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan masalah ini kepada pemerintah provinsi. Bahkan dia sudah meminta dibuatkan surat resmi kepada gubernur dan ditembuskan kepada presiden agar Kotawaringin Timur diberi prioritas penambahan vaksin.
"Kotawaringin Timur ini menjadi percontohan karena penduduknya paling banyak di Kalimantan Tengah. Semua kekuatan kita kerahkan, termasuk dibantu TNI dan Polri untuk optimalisasi vaksinasi, tapi ternyata malah pasokan vaksinnya yang tidak mampu mengimbangi kebutuhan kita," kata Halikinnor.
Hingga Minggu, alokasi vaksin sebanyak 68.540 dosis dengan rincian 66.820 dosis vaksin Sinovac dan 1.120 dosis vaksin Astra Zenica. Jumlah vaksin terpakai pada Minggu sebanyak 818 dosis sehingga total jumlah vaksin terpakai sebanyak 66.768 dosis.
Perkembangan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan yaitu dosis 1 sebanyak 96,59 persen dan dosis 2 sebanyak 89,77 persen. Vaksinasi terhadap petugas layanan publik untuk dosis 1 sebanyak 105,92 persen dan dosis 2 sebanyak 40,67 persen.
Vaksinasi terhadap warga lanjut usia atau lansia untuk dosis 1 sebanyak 25,62 persen dan dosis 2 sebanyak 8,18 persen. Sisa vaksin saat ini 1.860 dosis.
Sementara itu, perkembangan kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur pada Minggu siang terdapat penambahan 37 orang terpapar COVID-19. Selain itu ada sembilan orang pasien sembuh, namun ada satu orang yang meninggal dunia.
Secara keseluruhan, jumlah kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah mencapai 3.598 kasus, terdiri dari 3.017 kasus sembuh, 480 orang masih ditangani dan 101 orang meninggal dunia.
Halikinnor mengimbau masyarakat mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Kebijakan pembatasan kegiatan juga harus dipatuhi agar bisa rantai penularan COVID-19 bisa diputus.
"Jangan berpikir seolah-olah ini hanya kepentingan pemerintah. Kita harus sadar bahwa ini demi keselamatan kita juga. Masyarakat harus membantu karena sebesar apapun upaya pemerintah, hasilnya tidak akan maksimal kalau tidak didukung oleh masyarakat," demikian Halikinnor.
Baca juga: Sudah 100 orang penderita COVID-19 di Kotim meninggal dunia