Kabul (ANTARA) - Lebih dari 600 warga Afghanistan, termasuk anak-anak, duduk sambil berdesakan di lantai pesawat militer AS yang meninggalkan Kabul setelah ibu kota itu diambil alih oleh pemberontak Taliban.
Sebuah foto yang memperlihatkan warga sipil Afghanistan --beberapa membawa koper, lainnya memegang botol susu bayi-- di dalam pesawat kargo C-17 menjadi viral di media sosial.
Seorang pejabat AS mengatakan sekitar 640 orang bersusah payah menaiki pesawat itu pada Minggu, ketika ribuan orang yang putus asa ingin meninggalkan Afghanistan mendatangi bandara Kabul.
"Jumlah penumpang yang biasanya tak setinggi itu adalah dampak dari situasi keamanan dan perlu segera diputuskan oleh kru yang memastikan mereka dikeluarkan dengan cepat dari negara itu," kata pejabat tersebut.
Menurut pembuat pesawat, Boeing, C-17 Globemaster III dapat membawa 134 penumpang, termasuk 54 orang di kursi samping dan 80 orang di lantai.
Baca juga: Australia tidak bisa evakuasi semua warga Afghanistan
Baca juga: Evakuasi di bandara Kabul berlanjut, Biden bela keputusannya
Banyak warga Afghanistan berusaha memanjat ke pesawat lewat pintu yang setengah terbuka, sebelum pesawat tinggal landas menuju Qatar dengan penumpang terbanyak yang pernah diangkut oleh pesawat semacam itu, kata situs pertahanan dan keamanan AS Defense One dalam sebuah berita.
Video dan foto lain yang menyedihkan muncul dari bandara Kabul, di mana sejumlah saksi mengatakan beberapa orang telah tewas, dan memperlihatkan warga Afghanistan memanjat ke pesawat dan bergantungan pada roda pendaratan dalam upaya untuk keluar dari negara itu.
Bagi sejumlah pengamat, gambar di dalam pesawat C-17 merupakan tanda dari harapan dan keberanian kru evakuasi.
"Dari semua kegagalan yang terjadi pekan ini, beberapa kebaikan terlihat dalam (gambar) ini," kata Blake Herzinger, analis keamanan yang berbasis di Singapura, yang membagikan foto itu di Twitter.
Namun bagi yang lain, foto itu menjadi pengingat dari upaya evakuasi yang mendatangkan malapetaka setelah AS menarik pasukannya dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang dan Taliban merebut kekuasaan dalam hitungan hari, bukan hitungan bulan seperti yang diprediksi oleh intelijen AS.
"Kita butuh lebih banyak pesawat semacam itu," kata Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Indonesia belum akui pemerintah Taliban di Afghanistan
Jumat, 2 Desember 2022 14:52 Wib
Taliban tuduh Pakistan izinkan wilayah udara dipakai 'drone' AS
Minggu, 28 Agustus 2022 19:54 Wib
Taliban melarang sinetron melibatkan pemain perempuan
Rabu, 24 November 2021 10:39 Wib
Taliban mulai bayarkan gaji pegawai negeri Afghanistan
Minggu, 21 November 2021 7:20 Wib
Pengungsi Afghanistan di NTT unjuk rasa tuntut Kemenkumham bantu proses status kewarganegaraan
Kamis, 21 Oktober 2021 15:55 Wib
Pendukung Taliban arak peti mati berbendera Amerika
Rabu, 1 September 2021 9:17 Wib
Serangan AS mengenai seorang tersangka bom bunuh diri di Kabul
Senin, 30 Agustus 2021 21:31 Wib
Taliban akan bentuk kabinet baru setelah evakuasi AS berakhir
Minggu, 29 Agustus 2021 10:29 Wib