Kapolri minta jajarannya peka terhadap situasi di lapangan
Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memberikan amanat kepada jajarannya agar lebih peka terhadap situasi di lapangan sehingga dapat mencegah lebih awal kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Amanat tersebut disampaikan saat melantik sejumlah pejabat utama Mabes Polri dan enam Kapolda di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu.
"Jangan padamkan api pada saat api besar. Padamkan api saat masih kecil. Ini bisa dilakukan kalau kita jeli dan bisa melihat di lapangan. Kita mampu melaksanakan monitoring, langkah dan evaluasi yang benar serta tentunya ini menjadi tugas bagi kita semua," kata Sigit dalam amanatnya.
Sigit berharap jajaran bergerak cepat untuk segera meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi. Hal ini terkait munculnya fenomena pelanggaran oknum anggota kepolisian khususnya di media sosial (medsos) dan viral di masyarakat.
Menurut jenderal bintang empat itu, perbuatan segelintir oknum Polri berpengaruh pada personel lainnya yang sudah bekerja keras dan baik dalam menjalankan tugasnya. Seperti menjadi garda terdepan penanganan dan pengendalian COVID-19 hingga menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Sitkamtibmas) tetap kondusif.
"Di sini saya ingatkan bahwa akhir-akhir ini kita menghadapi fenomena dan menjadi keprihatinan kita, muncul banyak viral penyimpangan anggota. Tentunya ini berdampak pada rekan-rekan yang sudah bekerja keras sehingga hasilnya dirasakan masyarakat," ujar Sigit.
Di hadapan perwira tinggi yang dilantik hari ini, mantan Kadiv Propam Polri itu menegaskan ke depannya tidak ada lagi perbuatan oknum-oknum yang melakukan pelanggaran. Untuk itu, perwira Polri harus menjadi pimpinan yang menjadi contoh agar tidak ragu memberikan hukuman dan tindakan tegas kepada oknum yang melanggar.
"Ini harus ditanamkan di diri kita. Kita bisa tegas kalau kita menjadi teladan yang baik. Kita ragu apabila tidak menjadi teladan. Potensi penyimpangan harus diperbaiki, apakah pemahamannya yang keliru sehingga harus ubah mindset-nya. Jangan memberikan beban yang berpotensi menjadi penyimpangan," kata Sigit.
Mantan Kabareskrim Polri itu juga menyerap aspirasi masyarakat soal adanya anggapan kepolisian baru bergerak cepat jika diviralkan di media sosial.
Sigit meminta stigma masyarakat tersebut harus dihapus karena sesuai dengan konsep Presisi, seluruh jajaran polri harus prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan.
"Jadi tolong ini diperbaiki. Tak harus viral, tapi masalah bisa cepat diselesaikan. Terjadi kebuntuan komunikasi sehingga masyarakat menyampaikan keluhan dengan menggunakan medsos," tutur Sigit.
Tidak hanya itu, Sigit berharap jajarannya memanfaatkan sejumlah aplikasi yang telah diluncurkan. Seperti layanan "Hotline" 110, Propam presisi, Dumas Presisi, Binmas Online Sistem (BOS), SKCK "online", Pelayanan Masyarakat SPKT, Aduan SPKT, SP2HP "online", dan masih banyak lainnya.
Ia berpandangan aplikasi-aplikasi tersebut tidak akan dirasakan oleh masyarakat apabila tidak mendapatkan respons dari aparat kepolisian. Apalagi masih banyak masyarakat yang menyampaikan keluhannya secara langsung kepada Kapolri melalui aplikasi pesan tertulis.
"Sampai saat ini masih banyak yang
WhatsApp saya melaporkan masalah. Pada saat saya tanya kenapa tidak dilaporkan ke wilayah karena tidak bisa, nomor diblokir. Kalau memang ada masalah dan kemudian masyarakat perlu ada penjelasan, tolong jelaskan khususnya masalah di kepolisian," kata Sigit.
Menurut dia, dengan keterbukaan informasi yang dijalankan jajaran Polri, masyarakat mengerti posisi hukumnya, apakah kasusnya bisa ditindaklanjuti atau tidak bisa, karena ada batasan kewenangan yang dimiliki.
"Namun, kita berusaha menyelesaikan semuanya sehingga rasa keadilan buat masyarakat dapat dirasakan," ujarnya.
Sigit juga menyinggung soal persepsi masyarakat tentang polisi antikritik. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus diselesaikan dan dibuktikan kepada masyarakat bahwa polisi selalu menyerap aspirasi, untuk menjadikan Polri yang lebih diharapkan oleh masyarakat.
"Polisi tidak antikritik. Ini jadi tantangan saya karena kritik penting dan dimanfaatkan. Ada persepsi di masyarakat tentang kita dan kita harus perbaiki. Persepsi yang diharapkan sesuai dengan keinginan masyarakat. Banyak program kita yang dilaksanakan namun memang perlu waktu," ujarnya.
Sigit meyakini bahwa tantangan itu bisa diselesaikan dengan bekerja secara tulus, kerja keras dan ikhlas, dengan demikian tingkat kepercayaan publik akan terus meningkat dari yang sudah ada saat ini.
"Kita bisa memperbaiki. Bangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap kita demi institusi. Rekan-rekan telah berjuang namun kalau kita tidak bisa menerima perbaikan tentunya ada kesenjangan, ini jadi masalah. Maka dari itu selalu turun ke lapangan bertemu masyarakat dan anggota, untuk mengetahui masalah untuk kita selesaikan. Saya yakin rekan-rekan mampu," ujar Sigit.
Sigit mengatakan jajarannya harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Dapat menunjukkan bahwa Polri saat ini jauh lebih baik sebagaimana dengan semangat konsep Presisi.
"Perkembangan teknologi kita manfaatkan sehingga profesionalisme dari kepolisian bisa terlihat. Bagaimana kita membangkitkan semangat anggota, manfaatkan teknologi biar semakin baik dan profesional. Saya yakin institusi Polri adalah institusi yang disayang masyarakat dan bagaimana kita meyakinkan agar tetap berada di performa itu," ucap Sigit.
Kapolri melantik sejumlah perwira tinggi (pati) Polri, di antaranya Kabaintelkam, Aslog Kapolri, Kakorlantas, Kadiv Humas Polri hingga enam Kapolda.
Sigit meminta kepada seluruh perwira yang dilantik untuk lebih peka dan mampu melaksanakan pemetaan di lapangan dengan baik untuk menentukan langkah mulai dari preemtif hingga represif, dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (sitkamtibmas) tetap berjalan aman, damai dan kondusif.
Amanat tersebut disampaikan saat melantik sejumlah pejabat utama Mabes Polri dan enam Kapolda di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu.
"Jangan padamkan api pada saat api besar. Padamkan api saat masih kecil. Ini bisa dilakukan kalau kita jeli dan bisa melihat di lapangan. Kita mampu melaksanakan monitoring, langkah dan evaluasi yang benar serta tentunya ini menjadi tugas bagi kita semua," kata Sigit dalam amanatnya.
Sigit berharap jajaran bergerak cepat untuk segera meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi. Hal ini terkait munculnya fenomena pelanggaran oknum anggota kepolisian khususnya di media sosial (medsos) dan viral di masyarakat.
Menurut jenderal bintang empat itu, perbuatan segelintir oknum Polri berpengaruh pada personel lainnya yang sudah bekerja keras dan baik dalam menjalankan tugasnya. Seperti menjadi garda terdepan penanganan dan pengendalian COVID-19 hingga menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Sitkamtibmas) tetap kondusif.
"Di sini saya ingatkan bahwa akhir-akhir ini kita menghadapi fenomena dan menjadi keprihatinan kita, muncul banyak viral penyimpangan anggota. Tentunya ini berdampak pada rekan-rekan yang sudah bekerja keras sehingga hasilnya dirasakan masyarakat," ujar Sigit.
Di hadapan perwira tinggi yang dilantik hari ini, mantan Kadiv Propam Polri itu menegaskan ke depannya tidak ada lagi perbuatan oknum-oknum yang melakukan pelanggaran. Untuk itu, perwira Polri harus menjadi pimpinan yang menjadi contoh agar tidak ragu memberikan hukuman dan tindakan tegas kepada oknum yang melanggar.
"Ini harus ditanamkan di diri kita. Kita bisa tegas kalau kita menjadi teladan yang baik. Kita ragu apabila tidak menjadi teladan. Potensi penyimpangan harus diperbaiki, apakah pemahamannya yang keliru sehingga harus ubah mindset-nya. Jangan memberikan beban yang berpotensi menjadi penyimpangan," kata Sigit.
Mantan Kabareskrim Polri itu juga menyerap aspirasi masyarakat soal adanya anggapan kepolisian baru bergerak cepat jika diviralkan di media sosial.
Sigit meminta stigma masyarakat tersebut harus dihapus karena sesuai dengan konsep Presisi, seluruh jajaran polri harus prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan.
"Jadi tolong ini diperbaiki. Tak harus viral, tapi masalah bisa cepat diselesaikan. Terjadi kebuntuan komunikasi sehingga masyarakat menyampaikan keluhan dengan menggunakan medsos," tutur Sigit.
Tidak hanya itu, Sigit berharap jajarannya memanfaatkan sejumlah aplikasi yang telah diluncurkan. Seperti layanan "Hotline" 110, Propam presisi, Dumas Presisi, Binmas Online Sistem (BOS), SKCK "online", Pelayanan Masyarakat SPKT, Aduan SPKT, SP2HP "online", dan masih banyak lainnya.
Ia berpandangan aplikasi-aplikasi tersebut tidak akan dirasakan oleh masyarakat apabila tidak mendapatkan respons dari aparat kepolisian. Apalagi masih banyak masyarakat yang menyampaikan keluhannya secara langsung kepada Kapolri melalui aplikasi pesan tertulis.
"Sampai saat ini masih banyak yang
WhatsApp saya melaporkan masalah. Pada saat saya tanya kenapa tidak dilaporkan ke wilayah karena tidak bisa, nomor diblokir. Kalau memang ada masalah dan kemudian masyarakat perlu ada penjelasan, tolong jelaskan khususnya masalah di kepolisian," kata Sigit.
Menurut dia, dengan keterbukaan informasi yang dijalankan jajaran Polri, masyarakat mengerti posisi hukumnya, apakah kasusnya bisa ditindaklanjuti atau tidak bisa, karena ada batasan kewenangan yang dimiliki.
"Namun, kita berusaha menyelesaikan semuanya sehingga rasa keadilan buat masyarakat dapat dirasakan," ujarnya.
Sigit juga menyinggung soal persepsi masyarakat tentang polisi antikritik. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus diselesaikan dan dibuktikan kepada masyarakat bahwa polisi selalu menyerap aspirasi, untuk menjadikan Polri yang lebih diharapkan oleh masyarakat.
"Polisi tidak antikritik. Ini jadi tantangan saya karena kritik penting dan dimanfaatkan. Ada persepsi di masyarakat tentang kita dan kita harus perbaiki. Persepsi yang diharapkan sesuai dengan keinginan masyarakat. Banyak program kita yang dilaksanakan namun memang perlu waktu," ujarnya.
Sigit meyakini bahwa tantangan itu bisa diselesaikan dengan bekerja secara tulus, kerja keras dan ikhlas, dengan demikian tingkat kepercayaan publik akan terus meningkat dari yang sudah ada saat ini.
"Kita bisa memperbaiki. Bangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap kita demi institusi. Rekan-rekan telah berjuang namun kalau kita tidak bisa menerima perbaikan tentunya ada kesenjangan, ini jadi masalah. Maka dari itu selalu turun ke lapangan bertemu masyarakat dan anggota, untuk mengetahui masalah untuk kita selesaikan. Saya yakin rekan-rekan mampu," ujar Sigit.
Sigit mengatakan jajarannya harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Dapat menunjukkan bahwa Polri saat ini jauh lebih baik sebagaimana dengan semangat konsep Presisi.
"Perkembangan teknologi kita manfaatkan sehingga profesionalisme dari kepolisian bisa terlihat. Bagaimana kita membangkitkan semangat anggota, manfaatkan teknologi biar semakin baik dan profesional. Saya yakin institusi Polri adalah institusi yang disayang masyarakat dan bagaimana kita meyakinkan agar tetap berada di performa itu," ucap Sigit.
Kapolri melantik sejumlah perwira tinggi (pati) Polri, di antaranya Kabaintelkam, Aslog Kapolri, Kakorlantas, Kadiv Humas Polri hingga enam Kapolda.
Sigit meminta kepada seluruh perwira yang dilantik untuk lebih peka dan mampu melaksanakan pemetaan di lapangan dengan baik untuk menentukan langkah mulai dari preemtif hingga represif, dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (sitkamtibmas) tetap berjalan aman, damai dan kondusif.