Apakah imunisasi cukup untuk cegah kanker serviks?

id kanker serviks,Imunisasi , Prima Yosephine

Apakah imunisasi cukup untuk cegah kanker serviks?

Ilustrasi kanker serviks (ANTARA/Pexels/Anna Tarazevich)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan pencegahan kanker serviks bukan hanya imunisasi tetapi juga dengan menerapkan perilaku seksual yang aman.

"Untuk kanker leher rahim bukan hanya imunisasi, tetapi dia menjadi bagian dari rangkaian penanggulangan kanker serviks. Perilaku hidup bersih termasuk perilaku seks yang aman juga harus selalu kita dengungkan pada masyarakat," kata dia dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta, Selasa. 

Menurut dia, materi edukasi terkait perilaku seksual yang aman atau sehat ini salah satunya tidak berganti-ganti pasangan perlu diberikan pada masyarakat.

Baca juga: Vaksin HPV resiliensi cegah kanker serviks sejak dini

Prima mengakui masih ada sebagian orang yang menganggap tabu apabila berbicara mengenai perilaku seksual. Padahal, ada banyak penyakit yang penularannya karena perilaku seksual yang tidak sehat.

Kemudian, masih terkait pencegahan kanker leher rahim, Prima juga menekankan pentingnya deteksi dini seperti pap smear khususnya pada wanita yang sudah aktif secara seksual dan berusia 35 hingga 45 tahun, kendati dia sudah divaksin human papillomavirus (HPV).

"Harus rutin melakukan deteksi dini untuk bisa menilai apakah dia masih dalam status yang aman atau kalau sudah terjadi gangguan maka ditemukannya lebih dini sebelum menjadi kanker," tutur Prima.

Baca juga: Vaksin HPV resiliensi cegah kanker serviks sejak dini

Kanker serviks terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di leher rahim dan membentuk tumor ganas. Infeksi human papillomavirus (HPV) menjadi penyebab utama terjadinya kanker ini dan ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.

Prima menambahkan, saat seseorang terinfeksi HPV, maka dia tidak serta merta terkena kanker serviks. Berbeda dengan COVID-19, kanker serviks baru muncul 20 - 25 tahun kemudian setelah seseorang terinfeksi HPV.

Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang lemah, riwayat infeksi menular seksual, riwayat keluarga dengan kanker serviks serta melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda diketahui menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks.

"Kami selalu menyarankan agar semua wanita yang sudah berumah tangga rutinlah melakukan pap smear, deteksi dini untuk bisa menilai kesehatan leher rahimnya," demikian saran Prima.

Baca juga: Awas! Seks usia dini tingkatkan risiko kanker serviks

Baca juga: Vaksinasi kanker serviks berskala nasional digelar mulai tahun depan

Baca juga: Jenis-jenis kanker yang mengintai wanita