Sampit (ANTARA) - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mencatat ada 64 kasus kebakaran yang terjadi selama Januari hingga Desember 2023.
“Selama 2023 ada sebanyak 64 kejadian kebakaran, meliputi bangunan rumah, barak, ada pula gedung walet, sekolah, hingga kendaraan. Itu tidak termasuk kebakaran hutan dan lahan atau karhutla,” kata Kepala Bidang Inspeksi dan Investigasi Kebakaran, Disdamkarmat Kotim, Agus Wahyudi di Sampit, Jumat.
Agus mengatakan, kejadian kebakaran itu disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari human error atau kelalaian manusia, kebocoran gas, dan yang paling banyak adalah akibat korsleting listrik.
Dari 64 kasus kebakaran tersebut kurang lebih ada 300 bangunan yang terbakar, baik itu terbakar habis maupun sebagian. Bangunan yang terbakar tersebut meliputi rumah, barak, ruko, kios, lapak pedagang, gedung walet, hingga sekolah.
Estimasi kerugian dari 64 kejadian kebakaran tersebut mencapai Rp25.100.000.000 lebih. Kerugian terbesar berasal dari kebakaran di Pasar Sebabi, Kecamatan Telawang, pada 27 November 2023 dengan estimasi kerugian Rp7.770.000.000.
“Dalam musibah tersebut ada 220 kios pedagang yang hangus terbakar beserta barang dagangannya,” lanjutnya.
Baca juga: Wabup ajak pemilih pemula di SMKN 1 Sampit gunakan hak pilih
Tak hanya kerugian materi, pihaknya juga mencatat ada sejumlah korban pada kejadian kebakaran tahun 2023, meliputi 13 orang mengalami luka bakar yang 3 diantaranya merupakan petugas pemadam saat berupaya memadamkan api dan 3 orang meninggal dunia.
Kasus kebakaran tahun 2023 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, Disdamkarmat Kotim mencatat pada tahun 2022 jumlah kebakaran sekitar 42 kasus.
Sehubungan dengan banyaknya kasus kebakaran disebabkan korsleting listrik, Agus mengimbau masyarakat untuk lebih waspada. Masyarakat dianjurkan melakukan pengecekan instalasi listrik secara berkala untuk menghindari terjadinya korsleting yang dapat memicu kebakaran. Untuk pengecekan instalasi listrik ini bisa langsung menghubungi pihak PLN.
“Kesadaran masyarakat ini yang masih kurang, setidaknya 10 tahun sekali instalasi listrik itu dicek dan diperbaharui, tapi faktanya sering lebih dari itu. Jadi kesadaran ini yang perlu ditingkatkan,” ucapnya.
Terlebih, saat ini Kotim mulai memasuki musim hujan, di mana pada kondisi ini hujan lebat disertai angin kencang kerap terjadi. Adanya angin tersebut bisa menimbulkan gesekan pada kabel-kabel listrik, sehingga merusak lapisan luar kabel tersebut. Kabel yang sudah rusak seperti itu berpotensi menyebabkan korsleting atau gangguan arus listrik.
Baca juga: Pemkab Kotim terapkan pajak hiburan 40 persen
Baca juga: Dinsos Kotim dampingi penderita HIV/AIDS yang gagal berlayar
Baca juga: Bupati segera kumpulkan perwakilan perguruan tinggi di Sampit
Berita Terkait
Bunda PAUD Kotim resmikan sekolah tiga bahasa di Sampit
Sabtu, 27 April 2024 17:57 Wib
Penuh perjuangan, 'Asan' si orang utan dievakuasi dari kawasan bandara di Sampit
Sabtu, 27 April 2024 5:09 Wib
SMPN 1 Sampit ajarkan siswa respons cepat dan efektif hadapi bencana
Sabtu, 27 April 2024 4:38 Wib
161 calon haji Kotim matangkan persiapan berangkat ke Tanah Suci
Jumat, 26 April 2024 17:27 Wib
BPBD Kotim sebut ancaman gempa jadi perhatian
Jumat, 26 April 2024 15:03 Wib
Empat perwira di Polres Kotim dimutasi
Jumat, 26 April 2024 7:24 Wib
Pengurus PKK di Kotim diingatkan bantu program pemerintah
Jumat, 26 April 2024 7:13 Wib
Warga Kotim dilarikan ke rumah sakit usai diduga diserang buaya
Kamis, 25 April 2024 20:58 Wib