Jakarta (ANTARA) - Musim haji telah usai, tetapi Masjid Haram dan Masjid Nabawi tetap ramai. Keutamaan kedua masjid itu membuatnya menjadi tempat paling dirindukan umat Islam sehingga menjadi masjid tersibuk di dunia sepanjang tahun. Di kedua tempat suci yang juga dirindukan adalah merpati selain situs-situs ibadah lain.
Merpati memang menjadi penanda yang memahat kenangan di kedua masjid tersebut. Ribuan merpati yang mencari makan di pelataran masjid dan terbang bergerombol di atasnya merupakan pemandangan lazim di sana. Di celah-celah pilar dan atap masjid suci itu ribuan merpati bertengger nyaman.
Di siang hari mereka beterbangan di langit sehingga menjadi saksi jutaan manusia yang beribadah. Halaman masjid yang luas menjadi surga bagi merpati karena para jamaah menjadi penyedia biji jagung dan kacang untuk pakan.
Di Masjid Haram, merpati bahkan kerap bertengger pada kiswah ka'bah. Merpati juga sesekali menyelinap masuk ke pilar-pilar ruangan Raudhah di Masjid Nabawi.
Kedua masjid itu ibarat merpati yang hidup di sana yang tak pernah ingkar janji pada setiap do'a yang dipanjatkan. Populasi merpati juga terus bertambah karena terdapat penjual pakan merpati eceran yang menjual ke para jamaah yang ingin memberi makan.
Di sisi lain merpati tak pernah diburu atau dibunuh karena di kedua tempat suci itu membunuh merupakan sebuah pantangan.
Petugas penyadaran, bimbingan dan konseling bagi jamaah haji, umrah, dan Masjid Nabawi, Madinah, Yusuf Abu Hisyam, PhD, di kedua zona tempat suci tersebut manusia dilarang menyakiti binatang, burung, atau pohon apapun.
Tentu kotoran merpati kemudian menjadi problem karena mengotori masjid. Petugas di Masjid Nabawi membersihkan pilar-pilar penyangga payung setiap hari secara bergiliran.
Demikian juga petugas di Masjid Haram membersihkan lantai pelataran yang banyak kotoran merpati terutama di tempat para jamaah sering memberi pakan. Perawatan rutin harian menjadi kunci kedua masjid tersebut tetap bersih.
Persahabatan merpati dengan manusia hingga menjadi penanda kota bukan melulu monopoli Arab Saudi. Kota di Eropa, Australia, dan Jepang juga seringkali dihiasi merpati yang membuat rindu.
Sebut saja di Kota Sydney, Australia atau di Chiba, Jepang. Bedanya mereka hidup bukan di area masjid tetapi di seputaran taman atau gedung-gedung besar.
Pengajar di Program Studi Biologi, Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Indra Yustian, mengatakan tradisi membersihkan kotoran merpati di Masjid Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah membuat suasana lebih nyaman.
Di negara-negara Eropa malah tak pernah dibersihkan atau paling setahun sekali di tempat tertentu di lokasi kotoran menumpuk.
Burung Kosmopolitan
Merpati sebetulnya termasuk burung kosmopolitan. Mereka mampu hidup pada rentang habitat yang luas mulai dari daerah dingin sampai gurun yang panas.
Mereka juga dapat hidup jauh dari manusia bahkan mampu dekat dengan manusia karena pergerakan manusia biasanya diiringi dengan mobilisasi logistik makanan. Itu sebabnya persahabatan merpati dengan manusia sangat erat.
Di kalangan masyarakat merpati banyak menjadi simbol seperti cinta, persahabatan, kepatuhan, dan kesetiaan. Masyarakat di beberapa negara di dunia bahkan sepakat melarang perburuan dan membunuh merpati yang dianggap sahabat manusia.
Di Arab Saudi, di tanah haram memang ada larangan membunuh hewan. Kebiasaan tidak membunuh dan mengganggu hewan tersebut kemudian meluas tempatnya sehingga populasi bertambah ke luar zona haram.
Dulu merpati dilatih menyampaikan surat untuk saling berkirim pesan. Ia juga dilombakan pada terbang ketinggian atau mencari jalan pulang.
Namun, kini jumlah yang dimanfaatkan manusia terbatas termasuk untuk pasokan daging juga kurang ekonomis. Merpati saat ini umumnya hidup liar bersama manusia.
Namun, di Indonesia atau di negara-negara Asia Tenggara persahabatan merpati dengan manusia kurang erat seperti di Eropa yang terkenal dengan merpati posnya.
Dengan demikian merpati sekadar peliharaan hobi personal yang menjadi milik privat, tidak seperti di belahan dunia lain yang meyakini memberi makan hewan liar tanpa harus memiliki sebagai sebuah kebajikan.
Di Indonesia hewan liar diburu untuk menjadi klangenan atau ternak ketika telah menjadi milik pribadi. Itulah sebabnya kota besar Jakarta atau Surabaya belu memiliki ruang untuk merpati hidup dalam populasi besar.
Pengajar Program di Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang, M. Anas Dzakiy, S.Si., M.Sc., pernah mengatakan semua hewan termasuk merpati itu pada awalnya hidup di alam liar yang tidak tergantung pada kehadiran manusia.
Namun ketika manusia mulai berinteraksi dengan alam sekitar, terdapat hewan yang mampu bertoleransi dan terdapat juga yang tidak mampu bertoleransi sehingga keluar dari area habitat aslinya untuk mencari habitat baru yang sesuai atau sebaliknya punah.
Kucing contoh hewan yang dapat bertoleransi dengan manusia walaupun sosoknya kecil, sebaliknya keluarga kucing yaitu harimau yang lebih besar dan kuat termasuk yang sulit bertoleransi. Kini populasi kucing meluas, sebaliknya populasi harimau kian menyempit.
Merpati termasuk hewan yang mampu bertoleransi dengan manusia. Ia juga dapat didomestikasi oleh manusia seperti ayam dan unggas lainnya. Di sisi lain manusia juga mendapatkan nilai dari merpati seperti nilai ekonomi, nilai pangan, nilai estetika.
Di Arab Saudi secara khusus di Makkah dan Madinah telah menjadi co-iving atau ruang hidup bersama manusia dengan merpati yang damai. Merpati mendapatkan makanan, manusia mendapatkan nilai ekonomi, pangan, dan estetika.
*) Penulis adalah Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2024.
Oleh Dr. Destika Cahyana, SP, M.Sc.*)