Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui stasiun meteorologi Haji Asan Sampit menyampaikan bahwa saat ini Kotim telah memasuki musim pancaroba, sehingga masyarakat diimbau waspada.
“Saat ini Kotim menuju musim kemarau atau biasa disebut musim pancaroba, makanya seringkali terjadi angin kencang tiba-tiba, hujan deras tiba-tiba lalu tiba-tiba berhenti, karena itu ciri-ciri dari masuknya musim pancaroba,” kata Prakirawan BMKG Kotim Mitra Hutauruk di Sampit, Kamis.
Lebih jelasnya, ia menyampaikan bahwa saat ini Kotim sedang dalam fase peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau atau musim pancaroba yang ditandai dengan perubahan cuaca secara tiba-tiba, seperti dari cuaca terik tiba-tiba turun hujan deras.
Kondisi seperti ini tidak hanya dapat mengganggu mobilitas atau aktivitas masyarakat di luar ruangan, tetapi juga berdampak pada kesehatan terutama anak-anak yang rentan terserang penyakit flu dan pilek, sehingga masyarakat diimbau lebih waspada.
“Sedangkan untuk potensi terjadinya banjir masih kurang, karena hujannya bersifat hujan ringan ke sedang, tidak sampai hujan lebat. Selain itu, untuk suhu maupun tingkat kekeringan masih terbilang normal dan belum terdeteksi adanya titik panas (hotspot),” ujarnya.
Baca juga: Gebyar Posyandu Presisi Polres Kotim berkontribusi untuk turunkan stunting
Mitra meneruskan, adapun untuk awal musim kemarau diprediksi mulai terjadi pada dasarian III Juni hingga dasarian I Juli, secara bertahap dari wilayah utara ke selatan Kotim. Kemudian puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus.
“Jadi untuk awal musim kemarau itu tidak sama, untuk tahun ini musim kemarau dimulai dari bagian selatan sekitar dasarian III Juni, lalu bertahap ke wilayah utara, untuk puncaknya diprediksi terjadi di Agustus,” sebutnya.
Ia menambahkan, musim kemarau tahun ini diprediksi lebih singkat dibanding tahun lalu, tetapi tingkat kekeringannya sedikit lebih tinggi karena musim kemarau tahun ini normal atau netral.
Berbeda dengan kondisi kemarau pada 2024 lalu yang dipengaruhi fenomena La Nina yang ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang dapat meningkatkan curah hujan di beberapa wilayah, sehingga cenderung lebih basah.
Oleh karena itu, walaupun rentang waktu kemarau tergolong lebih singkat pihaknya mengimbau kepada semua pihak terkait agar tetap waspada terhadap potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), sebab tingkat kekeringan juga berpengaruh pada kemudahan terjadinya kebakaran.
“Walaupun musim kemarau tahun ini diprakirakan lebih pendek, tetapi potensi terjadinya karhutla tetap ada. Untuk itu kami imbau agar seluruh pihak terkait dan masyarakat tetap waspada,” demikian Mitra.
Baca juga: Jalan di ujung landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit segera ditutup
Baca juga: Pertanian Kotim sangat terbantu dukungan pemerintah pusat
Baca juga: Disdik Kotim berkomitmen selaraskan program pendidikan