Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang juga arsitek M Ridwan Kamil atau Emil menilai desain ibu kota negara Republik Indonesia yang baru di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur kurang tepat.

"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat yang namanya DPR saya kira kita dukung. Cuma sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi ibu kota baru banyak hal-hal kurang tepat," kata Gubernur Emil di Bandung, Senin.

Dia menilai luas lahan ibu kota baru Indonesia yang baru terlalu luas padahal luas lahan ibu kota yang baik itu tidak terlalu luas lahannya agar tidak boros infrastruktur.

Baca juga: Warga Kalteng diminta lapang dada terpilihnya ibu kota negara ke Kaltim

"Asumsinya lahannya terlalu luas, 200 ribu hektare untuk 1,5 juta penduduk, menurut saya boros lahannya. Contohnya Brazil, itu Brasilia sampai sekarang tanahnya terlalu luas, manusia tidak betah dan lain-lain. Myanmar juga sama sepi," kata dia.

Salah satu contoh pemindahan ibu kota yang benar dan tepat dilakukan oleh Amerika Serikat ke Washington DC.

"Yang betul itu Washinton DC. Itu ibu kota 700 ribu orang hanya 17 ribu hektare. Jadi kalau 1,5 juta orang tanahnya hanya cukup 35 ribu orang. Akan dihuni 1 juta hektare tapi lahannya 200 hektare. Itu kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur hanya untuk mengakomodir penduduk itu," kata dia.

Baca juga: Keputusan pemindahan ibu kota secara sepihak disesalkan DPR RI

Sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi menetapkan sebagian Kabupaten Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang baru.

Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman tersebut di Istana Negara, Jakarta, Senin.

Baca juga: Gubernur tak masalah, Kalteng tak jadi ibu kota negara

Baca juga: Akhirnya! Pemerintah putuskan Kaltim jadi ibu kota baru

Pewarta : Ajat Sudrajat
Uploader : Admin 1
Copyright © ANTARA 2024