Jakarta (ANTARA) - Beragam informasi bermunculan mengenai jenis baru virus corona atau 2019-nCoV, salah satunya virus ini lebih banyak menyerang pria ketimbang perempuan. Benarkah ini?
"71 persen pada laki-laki ketimbang perempuan," ujar Ahli pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Raden Rara Diah Handayani dalam media briefing di Depok, Selasa.
Lebih lanjut, dokter spesialis mikrobiologi RSUI, dr. R. Fera Ibrahim mengatakan hal ini berhubungan dengan jumlah reseptor ACE2 yang lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
"Virus akan menginfeksi sel, masuk lalu mereplikasi. Untuk masuk ke sel ada reseptor. (Jenis baru) corona mirip SARS, ada reseptor yang namanya ACE2. Reseptor ini ada di nasofaring hingga otak. Tapi yang paling banyak di sel epitel paru sehingga tampak seperti infeksi saluran napas dan diare," papar Fera.
Baca juga: 56 hoaks terkait virus corona
Penelitian yang dilakukan saat kasus SARS terjadi, menunjukkan reseptor ACE2 lebih banyak pada laki-laki ketimbang perempuan.
"Ada yang meneliti di zaman SARS (mewabah), ternyata reseptor ACE2 banyaknya di laki-laki, lebih banyak pada ras Asia dibandingkan kulit putih dan hitam," kata Fera.
Karena mirip dengan SARS, virus corona juga bisa bertahan selama enam hari di udara dingin apalagi ada protein tertentu yang membuatnya bertahan lebih lama.
Namun, virus ini bisa dilumpuhkan salah satunya melalui pemanasan pada suhu sekitar 56 derajat Celcius selama 30 menit.
Baca juga: Virus corona dapat menular lewat makanan?
Selain laki-laki, 2019-nCoV juga disebut lebih rentan menginfeksi orang lanjut usia ketimbang orang muda. Mengenai hal ini Diah mengatakan, semua orang berisiko.
"Semua orang berisiko. Usia (yang dilaporkan) 19 bulan paling muda, sampai usia 89 tahun (paling tua). Pasien meninggal dunia rata-rata usia 40-50 tahun," kata dia.
Diah memaparkan, total kasus akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu meningkat dari 14.557 kasus pada 2 Februari 2020 menjadi 20.626 kasus pada hari ini.
Baca juga: Tiga warga Bartim masuk karantina di Natuna
Baca juga: Benarkah antibiotik bisa melawan virus corona?
Baca juga: Awas! Malware mengintai di balik informasi soal virus corona
"71 persen pada laki-laki ketimbang perempuan," ujar Ahli pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Raden Rara Diah Handayani dalam media briefing di Depok, Selasa.
Lebih lanjut, dokter spesialis mikrobiologi RSUI, dr. R. Fera Ibrahim mengatakan hal ini berhubungan dengan jumlah reseptor ACE2 yang lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
"Virus akan menginfeksi sel, masuk lalu mereplikasi. Untuk masuk ke sel ada reseptor. (Jenis baru) corona mirip SARS, ada reseptor yang namanya ACE2. Reseptor ini ada di nasofaring hingga otak. Tapi yang paling banyak di sel epitel paru sehingga tampak seperti infeksi saluran napas dan diare," papar Fera.
Baca juga: 56 hoaks terkait virus corona
Penelitian yang dilakukan saat kasus SARS terjadi, menunjukkan reseptor ACE2 lebih banyak pada laki-laki ketimbang perempuan.
"Ada yang meneliti di zaman SARS (mewabah), ternyata reseptor ACE2 banyaknya di laki-laki, lebih banyak pada ras Asia dibandingkan kulit putih dan hitam," kata Fera.
Karena mirip dengan SARS, virus corona juga bisa bertahan selama enam hari di udara dingin apalagi ada protein tertentu yang membuatnya bertahan lebih lama.
Namun, virus ini bisa dilumpuhkan salah satunya melalui pemanasan pada suhu sekitar 56 derajat Celcius selama 30 menit.
Baca juga: Virus corona dapat menular lewat makanan?
Selain laki-laki, 2019-nCoV juga disebut lebih rentan menginfeksi orang lanjut usia ketimbang orang muda. Mengenai hal ini Diah mengatakan, semua orang berisiko.
"Semua orang berisiko. Usia (yang dilaporkan) 19 bulan paling muda, sampai usia 89 tahun (paling tua). Pasien meninggal dunia rata-rata usia 40-50 tahun," kata dia.
Diah memaparkan, total kasus akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu meningkat dari 14.557 kasus pada 2 Februari 2020 menjadi 20.626 kasus pada hari ini.
Baca juga: Tiga warga Bartim masuk karantina di Natuna
Baca juga: Benarkah antibiotik bisa melawan virus corona?
Baca juga: Awas! Malware mengintai di balik informasi soal virus corona