Sampit (ANTARA) - Kepala Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Cabang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Muhammad Azwar Fuad menyebut program serap gabah kering panen (GKP) mampu memberikan multiplier effect dan menjadi hal positif bagi daerah.

“Karena kami menyerap gabah, maka multiplier effect ekonominya juga akan berlangsung di Kotim. Karena gabah yang Bulog beli pengolahannya akan dilakukan di sini juga,” kata Fuad di Sampit, Kamis.

Ia menjelaskan, berdasarkan instruksi Presiden Prabowo Subianto, Bulog tidak lagi hanya menyerap hasil panen dalam bentuk beras seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi diprioritaskan untuk penyeraban GKP dari para petani lokal.

Sejauh ini Bulog Kotim telah menyerap setidaknya 14,3 ton GKP pada penyerapan perdana yang dilaksanakan di Kecamatan Teluk Sampit dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram dan langsung dibayarkan oleh Bulog.

HPP ini terbilang cukup tinggi, pasalnya para petani mengaku ketika musim panen gabah mereka hanya dihargai sekitar Rp5.000 per kilogram oleh tengkulak, sehingga adanya program pemerintah melalui Bulog ini pun mendapat respons positif dari para petani.

Baca juga: Wabup Kotim tekankan pentingnya kesadaran keselamatan kelistrikan

“Mereka (petani) sangat senang dan berkomitmen untuk memperluas lahan tanamnya, karena semakin tinggi harga GKP otomatis para petani akan semakin sejahtera, ini salah satu efek dari program serapan gabah tersebut,” jelasnya.

Selain dari segi harga, manfaat dari program ini nantinya juga akan berdampak pada perputaran ekonomi di daerah, khususnya Kecamatan Teluk Sampit sebagai lokasi penyerapan GKP.

Fuad menyampaikan, keterangan dari penyuluh pertanian di wilayah itu selama ini sebagian besar gabah hasil panen petani dibeli dan dikirim Kalimantan Selatan (Kalsel), sehingga petani maupun masyarakat setempat tidak merasakan multiplier effect dari pengolahan gabah itu.

Sementara, jika Bulog yang menyerap gabah maka pengolahannya pun akan dilaksanakan di wilayah setempat. Mulai dari penggilingannya yang bekerjasama dengan pengusaha penggilingan lokal, kemudian dedak, bekatul dan hasil sampingan lainnya juga beredar di Kotim.

“Manfaat multiplier effect ekonominya akan tetap di Kecamatan Teluk Sampit, artinya perputaran uangnya tidak akan lari ke daerah lain dan secara umum Kotim diuntungkan, karena petani semakin sejahtera perputaran ekonomi pun semakin tinggi,” demikian Fuad.

Baca juga: BMKG Kotim imbau waspada potensi cuaca ekstrem

Baca juga: DPRD Kalteng siap awasi pembangunan pabrik pengolahan limbah medis di Kotim

Baca juga: BBPOM periksa sampel kuliner Ramadhan di Sampit, ini hasilnya


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2025