Bupati Kobar Lantik Forum Pembauran Kebangsaan

id forum pembauran kebangsaan, bupati kobar

Bupati Kobar Lantik Forum Pembauran Kebangsaan

Bupati Kobar Ujang Iskandar bersama pejabat daerah dan pengurus Forum Pembauran Kebangsaan Kobar. (Foto Alfa)

Pangkalan Bun (Antara Kalteng) – Bupati Kotawaringin Barat, Ujang Iskandar, telah melantik pengurus Forum Pembauran Kebangsaan yang berjumlah 24 orang  dari berbagai tokoh lintas daerah, adat budaya, suku, ras dan etnik yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, dengan diketuai Pangeran Muasdjidinsjah.

Forum itu menjadi wadah proses kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnik, melalui interaksi social dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan dan perekonomian dalam rangka mewujudkan Kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku dan etnik masing-masing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Ujang, dengan forum itu diharapkan berbagai persoalan yag ada di Kabupaten Kotawaringin Barat ini akan cepat terselesaikan dan tidak harus ditangani oleh pihak kepolisian, itu kalau yang menyangkut permasalahan sosial, diluar adanya kriminal murni.

“Forum ini akan dapat membantu Pak Kapolres, dalam penanganan bidang sosial, dan semuanya akan turut terbantukan, kalau memang bisa diselesaikan secara arif dan bijaksana oleh forum pembauran kebangsaan, kenapa tidak,” tegasnya lagi.

Ketua Forum Pembauran Kebangsaan, Pangeran Muasdjidinsjah, menilai keputusan pemerintah dalam membuat forum ini sangat tepat, karena forum ini dapat menciptakan stabilitas kamtibmas menjadi terkendali, dan semua permasalahan di tingkat warga, terutama menyangkut masalah suku, ras dan etnik dapat diselesaikan di forum ini, karena dalam forum ini semua suku, ras dan etnik masuk di dalamnya.

Asalkan, ujar Pangeran Muasdjidinsjah, semua warga dapat menyatukan diri dulu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan khususnya di Kotawaringin Barat ini, setiap warga dapat menjunjung tinggi, dengan semboyan "dimana kaki dipijak, disitu langit dijunjung". "Ttidak ada kata lain, semua orang harus menghargai adat istiadat dimana dirinya berdiam," katanya.