Mau menikah? Berikut tips hitung anggaran sesuai bujet

id menikah,Tips hitung anggaran,nikah,Tips hitung anggaran agar sesuai bujet saat mau menikah,Pernikahan,bujet,Pernikahan milenial

Mau menikah? Berikut tips hitung anggaran sesuai bujet

Ilustrasi - Pernikahan (Shutterstock)

Jakarta (ANTARA) - Sebagian pasangan menginginkan acara pernikahannya digelar dengan pesta atau resepsi dengan jumlah tamu, pemilihan lokasi, pilihan jenis hidangan dan tipe pesta yang sesuai dengan bujet yang dimiliki. Bahkan sebagian tak ingin sampai berhutang dengan bunga yang melilit.

Bagaimana caranya?

Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo dalam keterangan tertulisnya kepada Antara belum lama ini mengungkapkan, jika belum yakin dengan bujet yang sedang siapkan maka rincian anggaran biaya pernikahan yang rasional bisa digunakan sebagai panduan membuat bujet.

Rinciannya yaitu, 40 persen biaya konsumsi (Food and Beverage), 20 persen biaya dekorasi, 5 persen untuk biaya akad nikah atau pemberkatan pernikahan.

Kemudian, masing-masing 8 persen untuk biaya pakaian, venue, dan dokumentasi, masing-masing 3 persen untuk biaya souvenir dan undangan serta 5 persen untuk biaya lainnya.

Yan juga menyarankan agar menyisihkan kurang lebih 10 persen dari total bujet untuk biaya tak terduga karena kebanyakan pesta pernikahan membutuhkan tambahan bujet sebesar 10-15 persen.

Dia mencontohkan, untuk keperluan resepsi, bujet untuk keperluan catering konsumsi sebesar 40 persen dari dana pesta untuk keperluan makanan pondokan atau gubukan, sebagian lagi untuk kue pengantin, atau snacks (kue-kue ringan) sehingga untuk pesta dengan konsep buffet, presentasenya bisa jadi akan lebih besar.

Bagaimana jika sudah melakukan perencanaan anggaran dan angkanya terlihat sangat besar dan membuat kita menjadi tidak yakin?

Yan menyarakan agar meninjau lagi anggaran pernikahan, yaitu memilih anggaran mana yang bisa dikurangi dan mana yang bisa dihilangkan.

Dia mencontohkan, bila kompensasi biaya videografi lebih besar dari perkiraan maka calon pengantin bisa meniadakan photo booth dan hanya menyediakan pojok foto dengan dekorasi sederhana tetapi tetap menarik bagi tamu untuk berfoto.

Dalam menyiasati bujet, calon pengantin juga bisa melakukan survei dahulu untuk harga perlengkapan pernikahan termasuk survey dimana barang tersebut dijual lebih murah jika dibeli dalam jumlah banyak sehingga kita dapat memperkirakan jumlah bujetnya.

Beberapa vendor biasanya dapat diikat harganya dengan Down Payment (DP) sekitar satu tahun menjelang hari H pernikahan dan sisa pembayarannya bisa dicicil kemudian di sepanjang tahun tersebut. Hal ini, menurut Yan bisa meringankan calon pengantin untuk mengalokasikan mana bujet yang prioritas dan mana yang bisa ditunda.


Pernikahan milenial

Yan mengungkapkan, menikah pada dasarnya murah dan bisa menjadi mahal karena milenial semakin peduli dengan pencitraan dan penampilan.

“Milenial biasanya mendambakan pernikahan yang modern dan visual. Sebagai contoh, ada beberapa detail yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya di pesta pernikahan era lama, seperti tambahan photo booth dan layar LCD untuk penayangan live pesta pernikahan yang kini banyak dapat dijumpai pada pesta pernikahan pasanngan milenial," ungkap dia.

Hal lainnya, media sosial yang juga sangat lekat dengan kehidupan milenial. Pernikahan yang ditampilkan pada unggahan di media sosial juga semakin berkembang sehingga para milenial tidak mau menikah sekadarnya dan dengan cara konservatif.

The Lyst dalam Wedding Report 2019 mengatakan, media sosial memiliki dampak yang semakin penting terhadap tren pernikahan di seluruh dunia sehingga demi unggahan media sosial yang menarik maka vendor media sosial dimasukan juga dalam bujet pernikahan.

"Dengan fakta di atas, dapat kita katakan bahwa biaya pernikahan untuk milenial membutuhkan jumlah yang besar. Fenomena ini bisa menimbulkan polemik bagi mereka yang belum siap secara finansial, beberapa diantaranya menunda pernikahan. Ada juga yang tetap memilih tetap melangsungkan pernikahan dengan berutang," menurut Yan.

Yan mengingatkan, setelah menikah, pasangan akan berhadapan dengan sejumlah kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan masa depan. Jika pernikahan dibiayai dengan utang maka sebagian usia pernikahan akan dipenuhi tuntutan tambahan membayar utang biaya pernikahan.