Kejagung cekal tiga orang saksi terkait dugaan korupsi satelit Kemhan

id Kejagung,korupsi satelit Kemhan,Kejagung cekal tiga orang saksi,Leonard Eben Ezer Simanjuntak, satelit Kemhan

Kejagung cekal tiga orang saksi terkait dugaan korupsi satelit Kemhan

Tangkapan layar - Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak. ANTARA/Youtube Kejaksaan RI/pri. (ANTARA/Youtube Kejaksaan RI)

Jakarta (ANTARA) - Kejaksaan Agung (Kejagung) resmi melakukan cegah dan tangkal (cekal) terhadap tiga orang saksi, untuk dilarang bepergian ke luar wilayah Indonesia selama enam bulan, terkait dugaan tindak pidana korupsi pengadaan satelit di Kementerian Pertahanan (Kemhan).

Ketiga saksi yang dicekal ke luar negeri tersebut adalah Presiden Direktur PT Dini Nusa Kusuma (DNK) berinisial AW, konsultan teknologi sekaligus mantan Dirut PT DNK berinsial SCW, serta warga negara Amerika Serikat berinisial TAVDH.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan keputusan tersebut dikeluarkan oleh Jaksa Agung Muda Intelijen atas nama Jaksa Agung pada tanggal 18 Januari 2022.

Baca juga: Penyidikan korupsi Satelit Kemhan, Kejagung cekal tiga orang ini

"Keputusan tersebut dikeluarkan sejak tanggal 18 Februari 2022 selama enam bulan," kata Leonard.

Menurut dia, pencekalan tersebut dilakukan untuk mempermudah proses penyidikan dalam rangka pemeriksaan, guna menggali informasi terkait perkara dugaan tindak pidana korupsi proyek pengadaan Satelit Slot Orbit 123° Bujur Timur (BT) Kemhan tahun 2012-2021.

"Apabila suatu saat dilakukan pemanggilan, ketiganya tetap berada di Indonesia," tambahnya.

Sementara itu, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) telah menyerahkan hasil penyidikan perkara kepada Jaksa Agung Muda Pidana Militer (Jampidmil) pada Senin (21/2).

Baca juga: Penanganan korupsi proyek satelit Kemhan diperintahkan ditangani secara koneksitas

Menurut Leonard, penyerahan hasil penyidikan itu dilakukan untuk kepentingan penyidikan secara koneksitas dengan penyidik Pusat Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia (Puspom TNI) karena diduga ada keterlibatan dari unsur TNI.

Hal itu sesuai perintah Jaksa Agung, Senin (14/2), bahwa telah dilakukan gelar perkara oleh penyidik Jampidsus dan dihasilkan dua unsur tindak pidana korupsi yang diduga melibatkan unsur TNI dan sipil.

"Sehingga para peserta dalam gelar perkara sepakat untuk mengusulkan penanganan perkara ini ditangani secara koneksitas," tukasnya.

Dalam perkara ini, Jampidsus Kejaksaan Agung telah memeriksa sejumlah saksi, di antaranya mantan Menteri Komunikasi dan Informatka (Menkominfo) Rudiantara, Jumat (11/2).

Baca juga: Penyidik Kejagung periksa eks Menkominfo terkait korupsi Satelit Kemhan

Selanjutnya, tiga purnawirawan TNI juga diperiksa sebagai saksi, yakni mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Kekuatan Pertahanan Kemenhan Laksamana Madya TNI (Purn) inisial AP, mantan kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan RI Laksamana Muda TNI (Purn) inisial L, dan mantan kepala Pusat Pengadaan Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksamana Pertama TNI (Purn) inisial L.

Selain itu beberapa saksi dari kalangan sipil yang diperiksa yaitu petinggi di PT DNK, PT LEN, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Jampdisus Kejagung juga telah menggeledah tiga lokasi, yakni dua kantor PT DNK dan satu apartemen Direktur Utama PT DNK atau tim ahli Kemenhan berinisial SW. Usai penggeledahan yang dilakukan pada Selasa (18/1), Kejagung menyita sejumlah barang bukti terkait pengadaan orbit satelit tersebut.

Baca juga: Soal dugaan korupsi satelit Kemhan, Kejagung minta keterangan Kominfo

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD di Jakarta, Kamis (13/1), mengatakan Kominfo telah mengeluarkan keputusan tentang hak penggunaan filing satelit Indonesia pada orbit 123 derajat untuk filing Satelit Garuda-2 dan Nusantara A1-A kepada PT DNK.

Pada 10 Desember 2018, Kominfo mengeluarkan keputusan tentang Hak Penggunaan Filing Satelit Indonesia pada Orbit 123 derajat BT untuk Filling Satelit Garuda-2 dan Nusantara A1-A kepada PT DNK. Namun, PT DNK tidak mampu menyelesaikan permasalahan residu Kemhan dalam pengadaan Satelit Komunikasi Pertahanan (Satkomhan).

Baca juga: Dua purnawirawan TNI dipanggil Kejagung terkait kasus Satelit Kemhan

Baca juga: Penyidik Jaksa Agung periksa tiga saksi kasus korupsi proyek satelit Kemhan

Baca juga: Menko Polhukam minta BPKP lakukan audit Proyek Satelit Kemhan

Baca juga: Jokowi perintahkan kasus proyek satelit Kemhan diusut tuntas