Perlunya terobosan 'out of the box' agar polusi bisa terkendali

id Polusi,out of the box,polusi udara,kabut asap

Perlunya terobosan 'out of the box' agar polusi bisa terkendali

Ilustrasi - Polusi udara perkotaan. (ANTARA/HO-Sutteratock)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama berpendapat upaya terobosan out of the box , tidak biasa, sekarang ini lebih diperlukan agar polusi dapat segera terkendali sehingga tak sampai berdampak panjang.

"Dampak jangka pendek yang sudah terlanjur terjadi jangan sampai menjadi dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan," kata Tjandra melalui pesan elektronik, Minggu.

Tjandra yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu mengatakan situasi polusi udara saat ini sangat serius apapun standar yang dipakai, termasuk standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Standar WHO sebelumnya menyatakan maka ambang batas aman konsentrasi particulate matter(PM) 2.5, yang menjadi indikator dalam polusi udara, dalam setahun 15 mikrogram per meter kubik, sementara selama 24 jam tidak melebihi 55 mikrogram per meter kubik.

Lalu standar batas aman itu diubah menjadi 15 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata 24 jam, dan 5 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata dalam setahun.

Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat jangan anggap enteng dampak polusi udara

Menurut Tjandra, secara umum baik untuk polusi udara maupun masalah kesehatan lain maka setiap negara tidak harus 100 persen mengikuti WHO. Masing-masing negara dapat menentukan kriteria sendiri, demikian juga kebijakan kesehatan lain.

"Khusus tentang kadar PM 2.5 versi WHO, maka angka yang dipakai sekarang adalah angka baru. Dengan angka ini maka sekitar 90 persen anak-anak di dunia terpapar dengan polusi di atas ambang batas WHO," kata dia.

Dia lalu merujuk publikasi AQLI pada 29 September lalu tentang India antara lain menyebutkan tingginya kadar polusi udara 2021 ternyata memberi dampak penurunan rentang usia penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, apabila digunakan batas aman menurut WHO.

"Analisa lain menunjukkan apabila menggunakan data standar polusi nasional India maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun," kata Tjandra menjelaskan.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap enteng dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara seperti pneumonia. Dampak jangka panjang keterpaparan polutan antara lain kanker paru, TB, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).