Mikrotia merujuk Cleveland Clinic merupakan kelainan bawaan pada telinga luar. Kelainan ini dapat berkisar dari masalah struktural ringan hingga telinga luar yang tak terbentuk sama sekali.
Jika disertai dengan hilangnya saluran telinga, hal ini juga dapat menyebabkan masalah pendengaran dan kesulitan dalam membedakan dari arah mana suara berasal.
Baca juga: Begini kata dokter soal pencegahan dan penanganan telinga kecil
Mikrotia biasanya menyerang satu telinga namun bisa juga terjadi pada kedua telinga. Kondisi ini biasanya terjadi karena perkembangan telinga yang tidak normal selama trimester pertama kehamilan.
"Untuk pasien mikrotia (telinga kecil) dan orangtua, tahu dulu kelainan kita, yang penting level pendengaran, apa kira-kira alat untuk membantu bisa mendengar, mengoptimalkan pendengaran," kata dia dalam siaran daring yang digelar RSCM, Senin.
Selanjutnya, ketahui tahapan-tahapan misalnya waktu terbaik pasien mikrotia harus dioperasi dan kesulitan yang mengganggu proses operasi.
Operasi rekonstruksi daun telinga biasanya berlangsung dua tahap. Tahap pertama yakni membuat rangka daun telinga yang dimulai dari pengambilan tulang rawan iga. Setelah itu tulang rawan dibentuk menyerupai bentukan lekukan daun telinga untuk nanti ditanam pada posisi yang tepat.
Baca juga: Berikut tips jaga kesehatan pendengaran
Tahap kedua, setelah memastikan tidak ada infeksi maka mengangkat ke atas agar daun telinga buatan bisa berdiri. Biasanya ini dilakukan minimal tiga bulan usai implan dipasang.
"Daun telinga salah satu organ tubuh pada wajah yang tidak menempel demikian rupa, tapi mempunyai jarak tersendiri. Jadi tahap kedua, setelah kita tanam dan kita yakinkan iga dalam kondisi baik, tidak ada infeksi, baru angkat ke atas atau bisa berdiri atau disebut tahap elevasi," jelas Mirta.
Dia menambahkan, khususnya pasien mikrotia anak, perlu mendapat semangat dan dukungan dari orang-orang sekitarnya agar kondisinya tidak menjadi masalah bagi dia di kemudian hari.
"Terutama anak prasekolah dasar belum mengerti bagaimana merespons kelainan bawaan dari temannya, itu yang harus diedukasi, tidak hanya ke anak tetapi juga gurunya supaya bisa memberi edukasi pada murid-muridnya," demikian pesan Mirta.
Baca juga: Benarkah sakit telinga masuk gejala COVID-19 varian Delta?
Baca juga: Kenali penyebab dan cara atasi jerawat di telinga
Baca juga: Ternyata kebiasaan ini dapat merusak pendengaran