Sampit (ANTARA) -
Perwakilan Tim Ahli Universitas Brawijaya Aris Subagiyo mengatakan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur yang diusulkan pemerintah daerah akan berdampak pada penurunan harga tiket pesawat.
“Dengan pengembangan bandara diikuti hadirnya maskapai baru, kita berharap maskapai yang ada saat ini tidak memonopoli harga. Karena untuk range (jangkauan) harga jual tiket dapat mencapai Rp2,6 juta sekarang, itu terlalu tinggi,” kata Aris Subagiyo di Sampit, Jumat.
Hal itu ia sampaikan berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pihaknya terkait pengembangan Bandara Haji Asan Sampit. Seperti yang diketahui Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya guna mengkaji lima program prioritas pemerintah daerah setempat, salah satunya terkait pengembangan bandara.
Namun, ia mengakui pasca COVID-19 pelayanan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit belum bisa pulih, tidak sebanding dengan perekonomian Kotawaringin Timur yang sudah diatas rata-rata Kalimantan Tengah.
“Sebetulnya kondisi stabil dari layanan penerbangan itu hampir sama di semua bandara, masih belum normal, cuma kita bersama OPD, khususnya bupati berupaya untuk percepatan layanan penerbangan apalagi Kotawaringin Timur memiliki potensi yang besar,” ucapnya.
Namun, dalam pemulihan pelayanan penerbangan ini ada beberapa hal yang menjadi sorotan pihaknya. Antara lain harga tiket pesawat yang terbilang sangat mahal dan tidak kompetitif.
Ditambah, ketidakpastian jadwal penerbangan, sehingga tak sedikit calon penumpang potensial yang mengakses bandara lain meski harus menempuh perjalanan darat cukup jauh.
“Ketidakpastian jadwal penerbangan ini pernah kami alami sendiri. Ketika H-1 atau malam sebelum keberangkatan kita mendapat SMS bahwa penerbangan dibatalkan atau diundur satu hari setelahnya. Kalau hal ini terjadi kepada pengusaha yang sudah memiliki jadwal pertemuan, kondisi ini tentu berpengaruh besar,” jelasnya.
Oleh sebab itu pihaknya berharap dengan hadirnya maskapai baru atau kompetitor bagi maskapai penerbangan bisa mewujudkan layanan penerbangan yang lebih baik, baik dari segi harga maupun kepastian jadwal penerbangan.
Hal itulah yang berupaya pihaknya wujudkan bersama pemerintah daerah. Melalui kajian yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya bisa memperkuat usulan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur kepada Kementerian Perhubungan untuk pengembangan Bandara Haji Asan Sampit.
Masih berdasarkan kajian Tim Ahli Universitas Brawijaya, disebutkan Bandara Haji Asan Sampit berada di urutan ketiga dengan persentase 11,32 persen untuk jumlah penumpang. Sedangkan, urutan pertama adalah Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya 54,98 persen dan kedua Bandara Iskandar Pangkalan Bun 33,68 persen.
Baca juga: Paskibraka Kotim menambah pengalaman melalui studi tur
Adapun saat ini hanya ada dua maskapai penerbangan yang aktif di bandara satu-satunya di Kotim tersebut. Yakni Maskapai Nam Air dengan rute Sampit-Jakarta dan Maskapai Wings Air dengan rute Sampit-Surabaya.
Jika nantinya Bandara Haji Asan Sampit dikembangkan tentunya ada potensi peningkatan jumlah penumpang. Sebab berdasarkan hasil kajian mereka, saat ini tak sekira 10 persen penumpang potensial di wilayah Kotawaringin Timur mengakses bandara di Pangkalan Bun untuk tujuan Semarang dan Palangkaraya untuk tujuan Surabaya.