Bangunan warga hambat optimalisasi penanganan banjir di Sampit
Sampit (ANTARA) - Hambatan penanganan banjir di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tidak saja berupa lumpur yang harus dikeruk, tetapi ternyata juga adanya bangunan warga di badan sungai atau drainase sehingga menghambat laju arus air.
"Seperti hari ini, tim kami menyusuri sejumlah lokasi di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang, kami temukan ada pagar warga yang sampai ke badan sungai sehingga menghambat arus air," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Mentana Dhinar Tistama di Sampit, Jumat.
Banjir terjadi di sejumlah lokasi di Sampit setelah hujan deras terjadi cukup lama. Luapan air dari sungai kecil atau drainase menggenangi kawasan permukiman warga, khususnya yang posisinya cukup rendah.
Tim dari Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman pun langsung turun melihat kondisi sekaligus memetakan titik-titik banjir untuk segera ditangani.
Tim juga menyusuri alur turun air untuk mengetahui kendala yang terjadi. Jika air mengalir lancar, diyakini banjir akan cepat surut karena air akan cepat mengalir ke Sungai Mentaya.
Seperti banjir yang merendam kawasan Jalan Jaya Wijaya dan Sampurna, juga ditelusuri sepanjang alur dari atas sampai muara. Tim menemukan ada bangunan warga berupa pagar yang dibangun hingga menjorok ke badan sungai sehingga menghambat laju arus air.
Baca juga: Wabup Kotim minta keberadaan MPP disosialisasikan sampai ke pelosok
Kondisi ini turut membuat penanganan banjir bisa kurang maksimal. Meskipun sedimentasi lumpur dikeruk, arus air akan tetap kurang maksimal jika ada bangunan yang menghalangi.
Bangunan di atas sungai bisa membuat sampah tersangkut sehingga lama kelamaan akan memicu pendangkalan. Selain itu, bangunan itu sendiri secara jelas dapat menghambat laju air saat hujan deras.
Mentana mengatakan, Sabtu pagi rencananya pihaknya akan turun bersama pemerintah kecamatan dan kelurahan. Tujuannya agar upaya penanganan banjir bisa optimal dengan melibatkan aparat terkait.
Alat berat juga akan diturunkan berupa ekskavator panjang untuk mengeruk sedimentasi lumpur dari pinggir sungai. Hal ini karena kondisi sungai yang kurang memungkinkan untuk penggunaan ekskavator amfibi yang langsung terjun mengeruk di sungai.
"Penanganan banjir ini menjadi perhatian serius Pak Bupati. Upaya normalisasi sungai juga terus kami lakukan karena terbukti sudah beberapa lokasi yang teratasi meski saat hujan deras," kata Mentana.
Mengulangi harapan Bupati Halikinnor belum lama ini, Mentana mengimbau masyarakat membantu upaya penanganan banjir ini. Selain tidak membuang sampah ke sungai, warga juga diimbau membongkar jika ada bangunan yang didirikan di badan sungai karena akan mengganggu arus air saat hujan deras.
Baca juga: Sejumlah kawasan di Kota Sampit tergenang pasca hujan deras
Baca juga: Disdamkarmat Kotim catat ada 64 kebakaran selama 2023
Baca juga: Pemkab Kotim terapkan pajak hiburan 40 persen
"Seperti hari ini, tim kami menyusuri sejumlah lokasi di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang, kami temukan ada pagar warga yang sampai ke badan sungai sehingga menghambat arus air," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Mentana Dhinar Tistama di Sampit, Jumat.
Banjir terjadi di sejumlah lokasi di Sampit setelah hujan deras terjadi cukup lama. Luapan air dari sungai kecil atau drainase menggenangi kawasan permukiman warga, khususnya yang posisinya cukup rendah.
Tim dari Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman pun langsung turun melihat kondisi sekaligus memetakan titik-titik banjir untuk segera ditangani.
Tim juga menyusuri alur turun air untuk mengetahui kendala yang terjadi. Jika air mengalir lancar, diyakini banjir akan cepat surut karena air akan cepat mengalir ke Sungai Mentaya.
Seperti banjir yang merendam kawasan Jalan Jaya Wijaya dan Sampurna, juga ditelusuri sepanjang alur dari atas sampai muara. Tim menemukan ada bangunan warga berupa pagar yang dibangun hingga menjorok ke badan sungai sehingga menghambat laju arus air.
Baca juga: Wabup Kotim minta keberadaan MPP disosialisasikan sampai ke pelosok
Kondisi ini turut membuat penanganan banjir bisa kurang maksimal. Meskipun sedimentasi lumpur dikeruk, arus air akan tetap kurang maksimal jika ada bangunan yang menghalangi.
Bangunan di atas sungai bisa membuat sampah tersangkut sehingga lama kelamaan akan memicu pendangkalan. Selain itu, bangunan itu sendiri secara jelas dapat menghambat laju air saat hujan deras.
Mentana mengatakan, Sabtu pagi rencananya pihaknya akan turun bersama pemerintah kecamatan dan kelurahan. Tujuannya agar upaya penanganan banjir bisa optimal dengan melibatkan aparat terkait.
Alat berat juga akan diturunkan berupa ekskavator panjang untuk mengeruk sedimentasi lumpur dari pinggir sungai. Hal ini karena kondisi sungai yang kurang memungkinkan untuk penggunaan ekskavator amfibi yang langsung terjun mengeruk di sungai.
"Penanganan banjir ini menjadi perhatian serius Pak Bupati. Upaya normalisasi sungai juga terus kami lakukan karena terbukti sudah beberapa lokasi yang teratasi meski saat hujan deras," kata Mentana.
Mengulangi harapan Bupati Halikinnor belum lama ini, Mentana mengimbau masyarakat membantu upaya penanganan banjir ini. Selain tidak membuang sampah ke sungai, warga juga diimbau membongkar jika ada bangunan yang didirikan di badan sungai karena akan mengganggu arus air saat hujan deras.
Baca juga: Sejumlah kawasan di Kota Sampit tergenang pasca hujan deras
Baca juga: Disdamkarmat Kotim catat ada 64 kebakaran selama 2023
Baca juga: Pemkab Kotim terapkan pajak hiburan 40 persen