Kak Seto temui anak korban kekerasan seksual di Pekanbaru

id kak seto,kekerasan seksual,anak tk,pekanbaru,riau

Kak Seto temui anak korban kekerasan seksual di Pekanbaru

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi saat menjenguk bocah 5 tahun korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan teman sekolahnya di TK. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Pekanbaru (ANTARA) - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengunjungi anak berusia 5 tahun korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan teman sekolahnya di Taman Kanak-Kanak Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Rabu malam.

Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Kak Seto ini berbincang dengan orangtua korban dan melihat kondisi korban N. "Kami sudah menghubungi psikolog terdekat untuk bisa memberikan penanganan yang lebih profesional terhadap psikis korban," kata Kak Seto.

Ia optimistis kondisi psikologis N dapat segera pulih lantaran lingkungan keluarga yang menurutnya sangat ramah anak.
Terlebih lagi komunikasi antara orangtua dengan N sangat komunikatif.

"N juga cukup cerdas. Lingkungan rumahnya sangat ramah anak, penuh dengan mainan," ucap Kak Seto.

Dikatakannya, lingkungan rumah yang ramah anak merupakan salah satu modal untuk menangani kasus psikologis, apabila anak terjebak suatu masalah. Kak Seto memastikan penanganan secara profesional akan segera dilakukan, baik kepada korban maupun pelaku.

Ia berharap tak ada lagi anak yang menjadi korban dari kekerasan maupun penyimpangan tindakan seksual. "Perlakuan dan terapi yang tepat dapat kembali memulihkan kondisi korban maupun pelaku, sebab pelaku pun awalnya juga korban," ujarnya.

Pihaknya juga mengapresiasi Kepolisian Resor Kota Pekanbaru yang dinilai cepat turun tangan menangani masalah ini. Ia berharap cepat ada penanganan terhadap pihak sekolah.

Selain itu, ia mendesak dinas pendidikan setempat untuk memberikan pembinaan terhadap sekolah, sebab sekolah harus layak anak sebagaimana Undang-Undang perlindungan anak, bahwa setiap sekolah wajib menjaga agar tidak ada kekerasan terhadap anak baik oleh sesama siswa atau guru.

"Jangan sampai hal serupa terulang lagi. Mohon sekolah turut merasakan kejadian ini dan ikut bertanggungjawab," katanya.