Stimulasi dari orang tua penting guna ata 'speech delay'

id speech delay,anak bicara,autis,sdhd,tumbuh kembang anak,parenting,pola asuh

Stimulasi dari orang tua penting guna ata 'speech delay'

Ilustrasi anak belajar bersama tenaga pengajar (ANTARA/ HO-EF)

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof DR dr Rini Sekartini, SpAK mengatakan stimulasi dari orang tua penting guna mengatasi "speech delay" pada anak-anak, contohnya dengan cara memanggil pasangan dengan "papa" dan "mama".

"Kadang-kadang orang tua itu nggak mau menyebut pasangannya 'mama' atau 'papa'. Menyebutnya dengan istilah lain. Kan anak-anaknya nggak mendapat stimulasi yang benar. Yang dia dengar itu nggak sesuai sama yang harus diucapkan," kata Rini ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut dia ungkapkan terkait peran orang tua dan wali dalam mengatasi "speech delay" atau keterlambatan dalam kemampuan berbicara anak.

Dia menjelaskan, dengan memanggil pasangan dengan sebutan "papa" dan "mama", anak dapat mencontoh panggilan tersebut sehingga dapat memanggil orang tuanya secara benar. Menurut dia, "mama" dan "papa" mudah diucapkan bagi anak-anak.

"Itu yang paling sederhana sih. Kadang sebutan mama, papa di Indonesia kan beragam ya. Ada yang sulit, ada yang kurang sulit, ada yang cukup sulit ya. Yang paling mudah itu 'mama', 'papa'. Jadi kalau 'i', ibu, abi, itu susah juga sih," ujarnya.

Baca juga: Tips terapi bicara anak dengan autisme

Pemakaian panggilan semacam itu, ujarnya, termasuk dalam stimulasi berupa komunikasi dua arah. Dia juga menyarankan orang tua dan wali untuk tidak memberikan gadget atau gawai hingga anak tersebut berusia dua tahun.

"Stimulasi yang benar itu dua arah," dia menambahkan.

Yang kedua, kata Rini, adalah skrining atau deteksi dini. Menurut dia, orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang anaknya, serta kesesuaian antara kemampuan bicaranya dan umurnya. Dia mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan terutama hingga dua tahun sejak kelahiran.

Baca juga: Dokter : Hiperaktif bisa diturunkan dari orang tua

"Ketiga, kalau ada masalah segera konsultasikan. Jangan, 'oh nggak apa-apa nanti juga bisa'. Tidak ada lagi sebenarnya paradigma seperti itu. Paling telat usia dua tahun," katanya.

Dia menjelaskan, untuk menilai perkembangan secara keseluruhan, dilakukan pada interval tertentu, seperti pada saat berumur sembilan bulan, 18 bulan, dan 24 bulan. Orang tua, ujarnya, bisa berkonsultasi tentang hal itu kepada dokter dan tenaga kesehatan.

"Jadi bisa, deteksi dini. Kalau ada masalah, bisa diajarkan untuk memberikan stimulasi yang benar," ujarnya.

Baca juga: Minum soda saat hamil sebabkan anak lahir dengan autisme?

Baca juga: Cara dan waktu yang tepat deteksi autisme pada anak

Baca juga: Keren! Robot Ini Bisa Bantu Anak-anak Autis Latih Ketrampilan Sosial