Cara dan waktu yang tepat deteksi autisme pada anak

id Autisme ,deteksi autis,anak,kebutuhan khusus

Cara dan waktu yang tepat deteksi autisme pada anak

Ilustrasi anak-anak penyandang autisme.

Jakarta (ANTARA) - Anak dengan gangguan autisme sesungguhnya dapat dideteksi sejak dini dengan beberapa cara, seperti dikatakan Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K).

“Deteksi dini itu krusial sekali, jangan dua tahun atau lebih baru menyadari perkembangan anak yang lamban,” kata dia pada seminar daring, Kamis.

Rini yang juga Dokter Spesialis Anak ini mengatakan anak dengan autisme dapat dideteksi sejak usia enam bulan dan dapat dilakukan skrining diagnosis pada usia 18 bulan.

Baca juga: Faktor penyebab autisme dan beberapa cirinya

Anak usia enam bulan, menurutnya, sudah mampu untuk berinteraksi dengan orang tua, salah satunya mengenali nama panggilannya dengan baik.

“Usia enam bulan harusnya sudah bisa berinteraksi, misal apabila dia tidak merespons ketika dipanggil namanya secara terus-menerus ini bisa menjadi salah satu indikasi,” ujar Rini.

Selain itu, kontak mata selalu menjadi indikator yang dapat diobservasi oleh orang tua. Anak dengan autisme cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain.

Beberapa indikator lain seperti progres kemampuan berbahasa dan bersosialisasi yang lamban perlu diperhatikan. Kesulitan berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan adalah ciri dari autisme.

Baca juga: Anak autisme perlu mendapat afirmasi positif untuk keberhasilan terapi

Lebih lanjut, Rini mengatakan bila orang telah menemukan beberapa indikasi autisme pada anak, skrining dengan diagnosis lebih lanjut oleh tenaga medis profesional dapat dilakukan.

Umumnya, dokter akan mendiagnosis dengan perangkat Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-CHAT-R/F).

M-CHAT-R/F merupakan alat skrining tahap kedua berdasarkan laporan orang tua untuk mengevaluasi risiko autisme. Skrining ini dapat dilakukan saat anak telah berusia 18 bulan.

“Jangan menyangkal dan menganggap anak kita baik-baik saja, coba untuk move on dan segera meminta pertolongan profesional,” kata Rini.

Baca juga: Rayakan Hari Autisme, buku anak "Kado Alma untuk Dila" diluncurkan

“Deteksi dini lebih baiik kalau ada masalah, agar ada perbaikan supaya anak itu bisa mandiri di kemudian hari,” tambahnya.

Meskipun data anak dengan gangguan autisme di Indonesia belum pasti, namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 1,14 persen dapat diprediksi penderita autis di Indonesia berkisar 2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang per tahun.