Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melakukan observasi pasca serangan buaya di Desa Bagendang Tengah atau Desa Ramban Kecamatan Mentaya Hilir Utara.
“Hari ini kami ke lokasi yang dilaporkan ada serangan buaya, kami bertemu dengan korban untuk mengetahui kronologi kejadian sekaligus memberikan bantuan biaya berobat,” kata Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Minggu.
Sebelumnya, Sabtu (3/5) malam, seorang warga bernama Samsul Anwar menjadi korban serangan buaya saat sedang berwudhu di Sungai Sampit. Korban berhasil selamat dengan bantuan istri dan warga setempat, kendati mengalami luka di lengan bagian kanan.
Selain mendengarkan keterangan langsung dari korban, Muriansyah melakukan pengamatan yang cermat dan sistematis terhadap kondisi dan situasi di lokasi kejadian yang menjadi pemicu terjadinya kasus serangan buaya tersebut.
“Lokasi serangan itu tepat di belakang rumah korban yang berada di tepi Sungai Sampit. Ketika kami tiba di lokasi kebetulan warga sedang berkumpul dan mengadakan acara tolak bala di rumah korban,” lanjutnya.
Dalam kegiatan itu, ia turut didampingi oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dapil III Kotim Eddy Mashamy.
Baca juga: Pemkab Kotim dukung upaya ODOJ mendakwahkan Al Quran hingga pelosok
Muriansyah memberikan pengarahan kepada warga terkait perilaku buaya dan tiga hal yang bisa menyebabkan buaya mendekati perairan permukiman. Pasalnya, tiga hal ini masing sering ditemukan di wilayah Kotim.
Tiga hal tersebut adalah memelihara ternak di sekitar sungai, membuang bangkai ke sungai dan membuang sampah rumah tangga ke sungai yang dapat mengundang satwa lain seperti biawak dan monyet yang merupakan pakan alami buaya.
“Kami sempat berdiskusi dan tanya jawab dengan warga dan mereka mengakui bahwa ketiga hal penyebab buaya mendekati perairan permukiman masih ada di wilayah tersebut, sehingga kami meminta agar hal itu tidak lagi dilakukan,” ujarnya.
Disamping itu, BKSDA Resort Sampit juga memasang tiga spanduk peringatan terkait potensi serangan buaya di kawasan tersebut dengan harapan dapat mencegah atau meminimalkan terjadinya konflik antara buaya dan manusia.
Pihaknya juga berencana melakukan upaya penangkapan dengan metode pancing atau jerat buaya dalam waktu dekat, sembari mempersiapkan peralatan.
Akan tetapi, Muriansyah menegaskan cara terbaik untuk menghindari terjadinya kasus serangan buaya adalah dengan masyarakat tidak lagi melakukan hal-hal yang dapat mengundang kedatangan hewan tersebut.
“‘Karena sesuatu itu ada sebab dan akibatnya, jadi sebabnya juga harus diperhatikan dan ditangani. Walaupun satu, dua hingga sepuluh buaya ditangkap, kalau penyebabnya masih ada maka buaya lain akan datang terus ke lokasi tersebut dan konflik akan terus terjadi,” demikian Muriansyah.
Baca juga: Ratusan peserta meriahkan Fun Run 5K Wisata Nur Mentaya 2025
Baca juga: BPBD Kotim imbau masyarakat pesisir waspadai banjir rob
Baca juga: 1.055 tenaga kontrak Kotim perebutkan kuota menjadi ASN