Sampit (ANTARA) - Kecelakaan kapal SPOB Kapuas pengangkut bahan bakar minyak Pertamina di perairan Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, pada Rabu sore, menjadi perhatian serius DPRD setempat.
"Kejadian ini terus berulang, berarti ini menandakan faktor keamanan dan keselamatan terabaikan. Ini juga menggambarkan bahwa saatnya keberadaan TUKS (terminal untuk kepentingan sendiri) ini dievaluasi, apakah memang masih layak atau seperti apa," kata Ketua Komisi IV DPRD Kotawaringin Timur, Dadang H Syamsu di Sampit, Rabu.
Kecelakaan kapal SPOB Kapuas terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Kapal tak bisa dikendalikan dengan baik sehingga menyerempet sejumlah lanting jamban hingga rusak dan menenggelamkan beberapa kelotok milik warga.
Dadang mengingatkan, kerugian yang dialami warga akibat kejadian ini, wajib diganti. Jangan sampai warga menderita akibat insiden ini karena ada kelotok yang tenggelam, padahal itu menjadi sarana bagi warga untuk mencari nafkah setiap hari.
Meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun insiden ini mengancam keselamatan warga. Apalagi, insiden seperti ini bukan baru pertama kali terjadi, tetapi sudah berulang.
Berdasarkan data, pada 17 September 2013 lalu, kapal Soechi Chemical III yang membawa bahan bakar minyak milik Pertamina menabrak tiga lanting jamban hingga rusak dan membuat dua perahu kecil tenggelam.
Saat itu nakhoda beralasan bahwa kecelakaan terjadi akibat kuatnya arus Sungai Mentaya dan membuat kapal tidak bisa dikendalikan sehingga menabrak sejumlah fasilitas umum dan aset warga.
Terlepas apapun alasannya, Dadang menilai kejadian yang berulang ini harus menjadi perhatian serius bersama untuk mencari penyelesaiannya. Insiden seperti ini harus dicegah karena bisa mengancam keselamatan masyarakat, apalagi bantaran sungai kawasan Baamang Hulu merupakan daerah padat penduduk.
Baca juga: Lanting rusak dan kelotok tenggelam akibat diserempet kapal Pertamina
Perlu keterbukaan Pertamina dan pemerintah daerah dalam menyikapi masalah ini. Fakta di lapangan dan potensi kerawanan, tidak boleh dikesampingkan karena menyangkut keselamatan masyarakat.
Pasokan bahan bakar minyak dari Pertamina memang merupakan kebutuhan vital masyarakat, namun jangan sampai pula penyediaannya mengancam keselamatan masyarakat akibat kondisi TUKS maupun lingkungan sekitar yang dinilai sudah tidak memungkinkan.
Dadang menegaskan, faktor keselamatan ini pula yang membuat sebulan terakhir gencar turun ke lapangan memantau kondisi terminal khusus dan TUKS. Selain memeriksa kepatuhan terhadap perizinan, Komisi IV juga memeriksa kondisi fisik terminal khusus dan TUKS untuk mengetahui apakah sesuai standar atau kurang layak sehingga bisa mengancam keselamatan masyarakat.
"Kami juga segera turun ke lapangan untuk memantau kondisi lokasi kejadian sebagai bahan evaluasi. Ini menjadi atensi serius kami di Komisi IV," demikian Dadang.
Baca juga: Taufiq-Supriadi pastikan kantongi rekomendasi Golkar di Pilkada Kotim
Baca juga: Pekerja sawit ditangkap diduga setubuhi anak di bawah umur
"Kejadian ini terus berulang, berarti ini menandakan faktor keamanan dan keselamatan terabaikan. Ini juga menggambarkan bahwa saatnya keberadaan TUKS (terminal untuk kepentingan sendiri) ini dievaluasi, apakah memang masih layak atau seperti apa," kata Ketua Komisi IV DPRD Kotawaringin Timur, Dadang H Syamsu di Sampit, Rabu.
Kecelakaan kapal SPOB Kapuas terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Kapal tak bisa dikendalikan dengan baik sehingga menyerempet sejumlah lanting jamban hingga rusak dan menenggelamkan beberapa kelotok milik warga.
Dadang mengingatkan, kerugian yang dialami warga akibat kejadian ini, wajib diganti. Jangan sampai warga menderita akibat insiden ini karena ada kelotok yang tenggelam, padahal itu menjadi sarana bagi warga untuk mencari nafkah setiap hari.
Meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun insiden ini mengancam keselamatan warga. Apalagi, insiden seperti ini bukan baru pertama kali terjadi, tetapi sudah berulang.
Berdasarkan data, pada 17 September 2013 lalu, kapal Soechi Chemical III yang membawa bahan bakar minyak milik Pertamina menabrak tiga lanting jamban hingga rusak dan membuat dua perahu kecil tenggelam.
Saat itu nakhoda beralasan bahwa kecelakaan terjadi akibat kuatnya arus Sungai Mentaya dan membuat kapal tidak bisa dikendalikan sehingga menabrak sejumlah fasilitas umum dan aset warga.
Terlepas apapun alasannya, Dadang menilai kejadian yang berulang ini harus menjadi perhatian serius bersama untuk mencari penyelesaiannya. Insiden seperti ini harus dicegah karena bisa mengancam keselamatan masyarakat, apalagi bantaran sungai kawasan Baamang Hulu merupakan daerah padat penduduk.
Baca juga: Lanting rusak dan kelotok tenggelam akibat diserempet kapal Pertamina
Perlu keterbukaan Pertamina dan pemerintah daerah dalam menyikapi masalah ini. Fakta di lapangan dan potensi kerawanan, tidak boleh dikesampingkan karena menyangkut keselamatan masyarakat.
Pasokan bahan bakar minyak dari Pertamina memang merupakan kebutuhan vital masyarakat, namun jangan sampai pula penyediaannya mengancam keselamatan masyarakat akibat kondisi TUKS maupun lingkungan sekitar yang dinilai sudah tidak memungkinkan.
Dadang menegaskan, faktor keselamatan ini pula yang membuat sebulan terakhir gencar turun ke lapangan memantau kondisi terminal khusus dan TUKS. Selain memeriksa kepatuhan terhadap perizinan, Komisi IV juga memeriksa kondisi fisik terminal khusus dan TUKS untuk mengetahui apakah sesuai standar atau kurang layak sehingga bisa mengancam keselamatan masyarakat.
"Kami juga segera turun ke lapangan untuk memantau kondisi lokasi kejadian sebagai bahan evaluasi. Ini menjadi atensi serius kami di Komisi IV," demikian Dadang.
Baca juga: Taufiq-Supriadi pastikan kantongi rekomendasi Golkar di Pilkada Kotim
Baca juga: Pekerja sawit ditangkap diduga setubuhi anak di bawah umur