Kebakaran asrama pesantren diduga akibat korsleting listrik

id Polresta palangka raya, kebakaran pesantren manba'u darussalam, korsleting listrik, santri

Kebakaran asrama pesantren diduga akibat korsleting listrik

Sejumlah santri di Pondok Pesantren Manba’u Darissalam mencari benda berharga milik mereka di atas puing bekas bangunan terbakar, Selasa, (23/6/2020). (ANTARA/Adi Wibowo)

Palangka Raya (ANTARA) - Kepolisian Resor Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah menyebut kebakaran asrama putra di Pondok Pesantren Manba’u Darissalam cabang Darussalam Martapura yang berada di Jalan Mendawai I pada Senin (22/6) sekitar pukul 22.45 WIB, diduga akibat korsleting listrik.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Palangka Raya Kompol Todoan Gultom, Selasa mengatakan, berdasarkan penjelasan beberapa orang saksi yang dimintai keterangan, disebutkan api muncul dari bagian atap salah satu asrama putra yang memiliki empat buah pintu.

“Dugaan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi mata di lokasi kejadian. Api berawal dari atas atap bangunan berkonstruksi kayu berukuran 7x14, beratap seng dan dinding papan,” ungkapnya.  

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, hanya saja dari peristiwa itu pengelola pesantren mengalami kerugian materil sebesar ratusan juta rupiah. Hampir seluruh benda berharga di asrama tersebut tidak dapat diselamatkan, ketika api sudah melalap bangunan asrama putra.

“Kami sudah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengamankan beberapa benda yang dianggap menjadi pemicu terjadinya kebakaran,” ucapnya.

Sementara itu Pimpinan Pondok Pesantren Manba'u Darissalam Muhammad Arsyad menjelaskan, dari empat ruangan yang terbakar itu adalah asrama putra dan satu ruangan administrasi yang berisi aset, serta kitab-kitab untuk mengajar para santri dan santriwati.

“Sementara ini hasil rapat dadakan bersama pengurus untuk proses belajar mengajar, sementara ini kami pindahkan ke ruangan belajar PAUD dan SD karena masih dalam masa libur,” katanya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, pasca peristiwa itu, santri dan santriwati yang berada di lokasi setempat berbenah serta melakukan gotong royong. Salah satunya membangun ‘toilet’ umum di lingkungan santri dan santriwati.