Keterbatasan vaksin jadi kendala percepatan pencapaian 'herd immunity' di Kotim
Sampit (ANTARA) - Percepatan vaksinasi COVID-19 untuk pencapaian "herd immunity" atau kekebalan kelompok di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, terkendala keterbatasan jumlah vaksin yang diterima.
"Vaksinasi kita belum mencapai 70 persen (dari populasi) seperti target minimal untuk mencapai 'herd immunity'. Saat ini baru sekitar 35 persen. Kendala utamanya ketersediaan vaksin. Seandainya pasokan vaksin lancar, seharusnya bisa disebar ke seluruh fasilitas kesehatan sehingga bisa bergerak semua," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Bakhrudin di Sampit, Selasa.
Bakhrudin mengatakan, antusias masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 awalnya memang rendah, tapi kini meningkat tajam. Dampaknya, justru ketersediaan vaksin tidak mampu mengimbangi tingginya minat masyarakat untuk mengikuti vaksin.
Tenaga kesehatan yang tersebar di 21 fasilitas pelayanan kesehatan di Kotawaringin Timur siap memaksimalkan vaksinasi COVID-19, namun yang terjadi saat ini jumlah vaksin yang diterima masih terbatas.
Jangankan untuk fasilitas kesehatan di kecamatan-kecamatan yang jauh, untuk memenuhi permintaan vaksinasi di dalam Kota Sampit saja belum bisa terpenuhi. Padahal, Dinas Kesehatan juga harus mengalokasikan vaksin untuk warga yang sudah waktunya mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua.
Kondisi inilah yang membuat vaksinasi COVID-19 masih didominasi untuk di kawasan perkotaan. Selain itu, luasnya wilayah serta rumitnya geografis Kotawaringin Timur maka diperlukan pengaturan vaksinasi ke kawasan pelosok agar efektif.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 di Kotim sasar ibu hamil
Menurutnya, untuk vaksinasi di kecamatan dan desa yang jauh, harus benar-benar diperhitungkan karena aksesnya sulit. Harapannya jika berangkat melaksanakan vaksinasi, tim bisa membawa vaksin sesuai kebutuhan.
Namun fakta yang terjadi belum sesuai harapan. Banyak warga yang kesulitan mengikuti vaksinasi, termasuk mereka yang seharusnya sudah waktunya mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua. Bakhrudin menyebutkan, saat ini banyak yang tertunda vaksinasi kedua untuk jenis Sinovac sekitar 20.000 dosis.
"Kendala lain, jenis vaksin yang datang berbeda-beda. Setiap orang tidak bisa diberi jenis vaksin berbeda. Kecuali khusus tenaga kesehatan untuk vaksinasi ketiga pakai jenis Moderna," jelas Bakhrudin.
Pemerintah daerah berharap percepatan vaksinasi COVID-19 bisa tercapai. Jika vaksinasi sudah lebih dari 70 persen diharapkan dapat memberi kekebalan aktif bagi masyarakat yang sudah divaksinasi.
"Yang sudah divaksinasi jangan merasa kebal, lalu lengah. Tetap jalankan protokol kesehatan. Memang jika orang yang sudah divaksinasi terpapar COVID-19, efeknya tidak berat. Tenaga kesehatan banyak yang terkena COVID-19 tapi tidak sampai gejala berat," demikian Bakhrudin.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta menyiapkan sarana pendukung pemberlakuan Perda Ketertiban Umum
"Vaksinasi kita belum mencapai 70 persen (dari populasi) seperti target minimal untuk mencapai 'herd immunity'. Saat ini baru sekitar 35 persen. Kendala utamanya ketersediaan vaksin. Seandainya pasokan vaksin lancar, seharusnya bisa disebar ke seluruh fasilitas kesehatan sehingga bisa bergerak semua," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Bakhrudin di Sampit, Selasa.
Bakhrudin mengatakan, antusias masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 awalnya memang rendah, tapi kini meningkat tajam. Dampaknya, justru ketersediaan vaksin tidak mampu mengimbangi tingginya minat masyarakat untuk mengikuti vaksin.
Tenaga kesehatan yang tersebar di 21 fasilitas pelayanan kesehatan di Kotawaringin Timur siap memaksimalkan vaksinasi COVID-19, namun yang terjadi saat ini jumlah vaksin yang diterima masih terbatas.
Jangankan untuk fasilitas kesehatan di kecamatan-kecamatan yang jauh, untuk memenuhi permintaan vaksinasi di dalam Kota Sampit saja belum bisa terpenuhi. Padahal, Dinas Kesehatan juga harus mengalokasikan vaksin untuk warga yang sudah waktunya mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua.
Kondisi inilah yang membuat vaksinasi COVID-19 masih didominasi untuk di kawasan perkotaan. Selain itu, luasnya wilayah serta rumitnya geografis Kotawaringin Timur maka diperlukan pengaturan vaksinasi ke kawasan pelosok agar efektif.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 di Kotim sasar ibu hamil
Menurutnya, untuk vaksinasi di kecamatan dan desa yang jauh, harus benar-benar diperhitungkan karena aksesnya sulit. Harapannya jika berangkat melaksanakan vaksinasi, tim bisa membawa vaksin sesuai kebutuhan.
Namun fakta yang terjadi belum sesuai harapan. Banyak warga yang kesulitan mengikuti vaksinasi, termasuk mereka yang seharusnya sudah waktunya mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua. Bakhrudin menyebutkan, saat ini banyak yang tertunda vaksinasi kedua untuk jenis Sinovac sekitar 20.000 dosis.
"Kendala lain, jenis vaksin yang datang berbeda-beda. Setiap orang tidak bisa diberi jenis vaksin berbeda. Kecuali khusus tenaga kesehatan untuk vaksinasi ketiga pakai jenis Moderna," jelas Bakhrudin.
Pemerintah daerah berharap percepatan vaksinasi COVID-19 bisa tercapai. Jika vaksinasi sudah lebih dari 70 persen diharapkan dapat memberi kekebalan aktif bagi masyarakat yang sudah divaksinasi.
"Yang sudah divaksinasi jangan merasa kebal, lalu lengah. Tetap jalankan protokol kesehatan. Memang jika orang yang sudah divaksinasi terpapar COVID-19, efeknya tidak berat. Tenaga kesehatan banyak yang terkena COVID-19 tapi tidak sampai gejala berat," demikian Bakhrudin.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta menyiapkan sarana pendukung pemberlakuan Perda Ketertiban Umum