Keterbatasan SDM dan modal hambat perajin kayu di Kotim layani permintaan ekspor

id Keterbatasan SDM dan modal hambat perajinkayu di Kotimlayani permintaan ekspor, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, pemkab kotim, ekonomi

Keterbatasan SDM dan modal hambat perajin kayu di Kotim layani permintaan ekspor

Perajin ukiran kayu di Mentaya Seberang Sampit saat mengerjakan pesanan pelanggan berupa ukiran kayu berbentuk ikan Jelawat, Rabu (22/5/2024). ANTARA/HO-Benbela

Sampit (ANTARA) - Usaha kerajinan ukiran kayu di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memiliki prospek yang cukup besar bahkan berpeluang memasuki pasar global, namun kesempatan tersebut masih terhalang kendala keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan modal.

Hal ini diakui oleh perajin ukiran kayu di Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, Mufti Rahman yang fokus menggeluti usaha ukiran kayu sejak 2003 silam.

“Peluang pasar, khususnya untuk ekspor itu ada, karena prospek kedepannya dari usaha ini sangat luar biasa namun kami terkendala SDM dan permodalan,” kata Mufti di Seranau, Rabu.

Pria yang biasa dipanggil Along ini menceritakan, ia mulai menggeluti usaha ukiran kayu sudah lama, namun baru mulai fokus pada 2003 karena melihat peluang yang cukup bagus dari usaha tersebut dan kesempatan untuk memperkenalkan budaya daerah ke masyarakat luas.

Kelihaiannya dalam mengukir kayu terinspirasi dari keterampilan yang dimiliki orang tuanya dan kemudian dikembangkan secara otodidak, sehingga menghasilkan karya yang memiliki nilai seni dan jual.

Dalam karya-karyanya Along mengutamakan motif dengan ciri khas Kalimantan Tengah, mulai dari batik hingga hewan endemik, seperti orang utan. Karena ini pula, hasil karyanya memiliki nilai lebih dan mampu mencuri perhatian.

“Alhamdulillah, dengan kemampuan yang saya pelajari secara otodidak ini saya bisa memperkenalkan budaya Dayak ke luar daerah, bahkan luar negeri,” timpalnya.

Uniknya, bahan baku yang ia gunakan biasanya adalah sisa atau limbah. Seperti kayu ulin sisa pembuatan mebel dan kayu jati putih sisa tebangan penduduk untuk keperluan mengangkut rotan. 

Kebanyakan karya yang ia hasilkan berbahan kayu jati putih, karena selain mudah didapat, kualitasnya pun tidak kalah dengan kayu jati biasa yang banyak ditemukan di Jawa.

Baca juga: Disdik Kotim apresiasi Gelar dan Panen Hasil Karya P5 SDN 2 Sawahan

Along mengaku kerajinan yang dibuatnya selama ini berdasarkan pesanan. Dia tidak pernah menyediakan barang jadi. Rata-rata pemesan menggunakan hasil karyanya untuk mempercantik interior ruangan dan cendera mata. 

Dengan namanya yang semakin dikenal, maka pesanan yang masuk pun kian stabil. Dalam sebulan ada saja pesanan yang masuk, bahkan pesanan untuk ukiran kayu berukuran kecil hampir setiap hari. 

Omzet bulanannya berkisar Rp15 juta sampai Rp50 juta. Dalam menjalankan usahanya ini, Along dibantu 8 pekerja. Pemasaran paling banyak ke luar daerah, seperti Palangka Raya, Jakarta dan Banjarmasin.

“Sebenarnya sempat mendapat pesanan dari Arab Saudi, Korea dan Texas untuk hasil kerajinan ukiran dengan ciri khas kami menggunakan limbah kayu ulin, namun permintaan tersebut belum dapat dipenuhi karena kendala SDM dan modal,” ucapnya.

Along mengaku pernah mendapat bantuan berupa peralatan yang nilainya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah dari Gubernur Kalimantan Tengah yang kala itu dijabat oleh Agustin Teras Narang. Namun, itu adalah bantuan terakhir yang ia terima.

Ia berharap pemerintah daerah yang menjabat saat ini, baik itu Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, bisa memperhatikan dan memberikan solusi bagi perajin ukiran kayu seperti dirinya. 

Terlebih, menurutnya perajin ukiran kayu tidak hanya menjual suatu produk tapi sedikit banyak juga berperan dalam memperkenalkan seni atau budaya lokal ke masyarakat luas. Melalui karyanya, dia menunjukkan bahwa masyarakat Dayak juga memiliki bakat dan keterampilan yang patut diapresiasi.

Bantuan yang diharapkan pun bukan sekadar peralatan tapi juga pemasaran. Pasalnya, tak jarang perajin kayu terpaksa gulung tikar karena kendala pemasaran. Along pun mengaku selama ini hanya mengandalkan media sosial untuk memasarkan hasil karyanya.

“Kami harap pemerintah daerah bisa memberikan solusi, seperti menyediakan galeri khusus perajin kayu. Supaya perajin-perajin daerah ini tidak gulung tikar, supaya mereka punya motivasi untuk melanjutkan usaha kerajinannya,” demikian Along.


Baca juga: Siap maju Pilkada Kotim, Jhon Krisli daftar ke PDIP

Baca juga: Ratusan pegawai Pemkab Kotim gotong royong bersihkan lahan untuk runway bandara

Baca juga: Disdik Kotim jelaskan penyebab keterlambatan pembayaran tunjangan dan kenaikan gaji