Palangka Raya (ANTARA) - Perhimpunan Profesional Kesehatan Muslim Indonesia (Prokami) Provinsi Kalimantan Tengah siap mendukung dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat dalam upaya deteksi dini dan penanganan kasus kekerdilan atau stunting.
"Prokami Kalteng akan terus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Kalteng dan 14 kabupaten/kota se-Kalteng serta berbagai pihak untuk berperan dan membantu penanganan stunting guna mewujudkan kesehatan masyarakat," kata Ketua Prokami Kalteng Seri Wahyuni MKes di Palangka Raya, Sabtu.
Ia menjelaskan kekerdilan merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada seribu hari pertama kehidupan anak yang dimulai sejak hari pertama kehamilan. Kondisi ini akan berdampak dalam jangka panjang hingga anak dewasa, bahkan pada usia lanjut.
Kekurangan gizi sejak dalam kandungan akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan kesehatan janin. Jika tidak segera tertangani, bahkan akan berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak usai dilahirkan.
"Untuk itu saya meminta semua pengurus dan anggota Prokami di Kalteng dapat berperan aktif dan berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam deteksi dini dan penanganan stunting," katanya.
Pernyataan tersebut diungkapkan perempuan yang juga Ketua Prodi Kebidanan D-3 Poltekkes Kemenkes Palangka Raya itu pada momen pelantikan pengurus Prokami Kalteng yang dirangkai dengan webinar bertema "Realita dan Deteksi Dini Stunting".
Seminar berbasis daring itu menghadirkan tiga narasumber yakni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul, Dokter Spesialis Anak dr Diah Erma Prita Santi Spm Biomed, dan Direktur Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Mars Khendra Kusfriyadi MPH.
Pada seminar yang diikuti 299 peserta itu, Kadinkes Kalteng Suyuti Syamsul menyampaikan bahwa kondisi kasus kekerdilan di Provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila" itu, secara umum terjadi penurunan.
"Meski demikian, kita harus terus melakukan upaya bersama dalam mencegah, mendeteksi dini dan menangani kasus tersebut," katanya.
Sementara itu, Erma Prita Santi yang memaparkan materi deteksi dini kekerdilan mengatakan kasus gangguan kesehatan itu bukan hanya diukur dari tinggi badan per umur saja tetapi juga harus dilihat aspek lain.
"Misalnya kecerdasan dan penyakit infeksi yang pernah diderita oleh anak tersebut. Maka, semakin cepat dilakukan deteksi dini dan penanganan yang cepat dan tepat akan berdampak baik pada kondisi anak tersebut" katanya.
Di sisi lain, Khendra menyatakan bahwa masa balita merupakan masa yang sangat penting dan menentukan kehidupannya di masa mendatang.
Menurut dia, masa balita merupakan periode emas atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen.
"Untuk itu, memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai tahap usianya merupakan cara mencegah stunting," katanya.
Berita Terkait
Program stunting Rp10 miliar, tapi sampai ke rakyat hanya Rp2 miliar
Rabu, 18 Desember 2024 16:48 Wib
Astra Agro di Kalteng salurkan PMT untuk cegah stunting
Selasa, 17 Desember 2024 14:17 Wib
Posyandu diminta maksimalkan penanganan stunting
Selasa, 17 Desember 2024 12:52 Wib
Pemkab Kobar komitmen wujudkan generasi bebas stunting
Selasa, 10 Desember 2024 6:08 Wib
Maksimalkan penanganan stunting, DPRD Palangka Raya kunker ke Kabupaten Sleman
Senin, 9 Desember 2024 15:17 Wib
Legislator nilai kinerja pemkottangani stunting sudah maksimal
Sabtu, 7 Desember 2024 17:23 Wib
Kemendukbangga/BKKBN luncurkan logo baru serta gelorakan Genting
Kamis, 5 Desember 2024 19:01 Wib
Keterlibatan berbagai sektor penting dalam mencegah stunting di Kobar
Kamis, 5 Desember 2024 16:38 Wib