Eko Yuli raih medali perak di Qatar

id eko yuli,lifter indonesia,perak,IWF Grand Prix II,doha,qatar

Eko Yuli raih medali perak di Qatar

Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan melakukan angkatan "snatch" pada final angkat besi nomor 61 kg putra SEA Games 2021 Vietnam di Hanoi Sports Training and Competition Center, Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nym. (ANTARA FOTO/ZABUR_KARURU)

Jakarta (ANTARA) - Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan meraih medali perak di ajang IWF Grand Prix II 2023 Grup B kelas 61 kilogram putra, di Doha, Qatar, Rabu malam atau Kamis dini hari WIB.



Dikutip dari statistik resmi IWF, Eko mencatatkan angkatan snatch 136 kilogram. Sedangkan pada angkatan clean and jerk, Eko tidak mengambil kesempatan untuk melakukan angkatan itu.



Untuk angkatan snatch, Eko hanya tertinggal satu kilogram dari pemenang yakni lifter China Li Fabin dengan angkatan 137 kilogram. Sedangkan medali perunggu untuk angkatan snatch didapat atlet Korea Utara Jin Myong Pak dengan angkatan 134 kilogram.



Pada saat upacara pemberian medali, Eko diketahui tidak naik podium. Ia diwakili oleh lifter muda Muhammad Ibnul Rizqih.



Terlepas dari kegagalan meraih medali pada ajang Asian Games Hangzhou 2023, Eko cukup berprestasi dalam ajang-ajang yang diikutinya pada 2023. Pada IWF Grand Prix I, ia menduduki posisi pertama di kelas 67 kilogram Juni silam. Kemudian ia menduduki posisi kedua di ajang IWF World Championships 2023 di kelas 67 kilogram.



Sementara itu lifter Indonesia lain yang juga turun di kelas 61 kilogram putra yakni Ricko Saputro hanya menduduki posisi ketujuh. Ricko yang turun di Grup A mencatatkan angkatan terbaik untuk snatch yakni seberat 129 kilogram, namun ia gagal pada ketiga angkatan clean and jerknya, yakni seberat 161 kilogram, 168 kilogram, dan 168 kilogram.



IWF Grand Prix II 2023 merupakan salah satu ajang pengumpulan poin agar dapat berlaga di Olimpiade Paris 2024.



Hanya sepuluh lifter yang berada di sepuluh besar masing-masing kelas pada pertengahan 2024, yang berhak tampil di Olimpiade. Komite Olimpiade Nasional masing-masing negara juga hanya boleh menempatkan satu lifter pada setiap kelasnya.