Paris (ANTARA News)
- Seorang mantan pemimpin militer kelompok separatis Basque ETA yang
dikenal dengan sebutan "Txeroki" atau "Cherokee" dijatuhi hukuman 20
tahun penjara oleh sebuah pengadilan Prancis, Rabu, atas tuduhan
penculikan dan pembuatan bom.
Miguel de Garikoitz Aspiazu Rubina ditangkap pada 2008 di daerah
pegunungan Pyrenees dekat perbatasan dengan Spanyol dan dikaitkan dengan
penculikan pasangan Spayol dan seorang anak di daerah itu pada tahun
sebelumnya, lapor Reuters.
Pada saat itu, ia adalah orang yang paling diburu di Spanyol
karena peranannya dalam serangan bom 2006 terhadap bandara Madrid yang
menewaskan dua orang.
Pengadilan Prancis menyatakan terdakwa bersalah karena memiliki
sekitar 500 kilogram peledak serta menculik pasangan Spanyol itu dan
anak mereka yang berusia empat tahun.
Sembilan terdakwa lain dalam persidangan itu dijatuhi hukuman antara delapan dan 20 tahun penjara.
Bulan lalu, mantan pemimpin militer ETA itu menyatakan "menyesal"
atas jatuhnya korban dalam kekerasan kelompok gerilya tersebut ketika
mereka berusaha mendirikan sebuah negara merdeka di wilayah-wilayah
Prancis dan Spanyol.
Txeroki menyampaikan penyesalan itu ketika ia muncul bersama
sembilan tersangka anggota lain ETA di pengadilan Paris tersebut.
Sebuah pengadilan Spanyol pada 2011 memvonis in absentia Txeroki hukuman 377 tahun penjara karena 20 usaha pembunuhan.
ETA, yang didaftar sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni
Eropa, dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang
selama empat dasawarsa perjuangan bersenjata mereka untuk mendirikan
sebuah negara merdeka Basque di wilayah Spanyol utara dan Prancis
selatan.
Pada 20 Oktober 2011, kelompok separatis bersenjata itu
mengumumkan "penghentian tetap kegiatan bersenjatanya" setelah
serangan-serangan bom dan penembakan selama lebih dari 40 tahun.
Deklarasi itu menyoroti berakhirnya kelompok separatis besar
keras terakhir di Eropa Barat yang dituduh bertanggung jawab atas
kematian ratusan orang.
Madrid menolak melakukan dialog dengan kelompok itu, dengan
menekankan bahwa mereka harus membubarkan diri secara sepihak tanpa
pamrih.
Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang
bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 42
tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah
Spanyol utara dan Prancis baratdaya.
ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad
kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok
nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan
Jendral Francisco Franco, yang menindas bahasa Basque.
Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu
melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama
relatif tidak aktif. (M014)
Berita Terkait
DPRD Kotim setujui Raperda Masyarakat Hukum Adat Dayak dan KLA
Senin, 20 Mei 2024 17:30 Wib
Anggota DPR RI dukung penegakan hukum dalam kasus santri membunuh ustadzah
Jumat, 17 Mei 2024 16:04 Wib
Mahfud Md sebut tugas jurnalis itu investigasi
Rabu, 15 Mei 2024 23:09 Wib
Polres Kotim musnahkan ratusan gram sabu-sabu
Rabu, 15 Mei 2024 6:00 Wib
Menteri ATR sebut kepastian hukum atas tanah tingkatkan minat investasi
Senin, 13 Mei 2024 8:51 Wib
Pansus DPRD Kapuas godok raperda pengakuan masyarakat hukum adat
Rabu, 8 Mei 2024 15:14 Wib
Mahfud kembali ke kampus menunjukkan etika politik yang baik
Rabu, 8 Mei 2024 8:53 Wib
Pemkab Kotim ajukan raperda pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat Dayak
Senin, 6 Mei 2024 16:04 Wib