New York (ANTARA News) - Uji coba terpanjang pada sel-sel punca dari
embrio manusia menunjukkan bahwa sel-sel itu tidak menimbulkan
masalah-masalah yang dikhawatirkan para ilmuwan, seperti membentuk
tumor, dan membalikkan kebutaan parsial pada mata yang menerima
transplantasi.
Hasil studi yang dipublikasikan di The Lancet itu
bisa membantu menggiatkan kembali upaya kontroversial untuk memanfaatkan
sel punca, yang punya kemampuan untuk berubah menjadi 200 jenis sel
manusia untuk mengobati penyakit.
Dalam kata pengantar yang menyertainya laporan studi itu, Dr. Anthony Atala dari Wake Forest Institute for Regenerative Medicine menyebut hasil penelitian itu sebagai "pencapaian besar".
Setelah
luapan kegembiraan di antara para ilmuwan dan publik tentang sel punca
yang menjanjikan dan perdebatan
masalah etika mengenai penghancuran janin manusia untuk memperoleh sel
tersebut, bidang itu tersandung ketika percobaan besar terapi cedera
tulang belakang dihentikan oleh Geron Corp pada 2011 dan minat
perusahaan-perusahaan lain menyusun.
Tujuan utama penelitian itu adalah untuk menilai keamanan
pencangkokan sel. Sel yang disebut sel epitel pigmen retina dibuat
dengan mengambil sel punca dari embrio berusia sehari di klinik
kesuburan dan merangsangnya untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel
khusus.
Penelitian itu "memberikan bukti pertama, pada manusia yang mengidap
penyakit, tentang keamanan jangka panjang dan kemungkinan aktivitas
biologi" dari sel yang diambil dari janin, kata salah satu penulis
studi, Dr. Robert Lanza dari Advanced Cell Technology, yang menghasilkan sel-sel dan mendanai studi itu.
Sembilan
pasien dengan penyakit Stargardt (yang menyebabkan degenerasi macular
pada masa
kanak-kanak) dan sembilan pasien lain yang mengalami degenerasi makular
kering terkait usia (penyebab utama kebutaan pada orang dewasa) menerima
cangkok sel retina pada salah satu mata. Satu mata lain dipertahankan
sebagai kontrol.
Empat mata mengalami katarak dan dua menjadi meradang, kemungkian
karena pengaruh umur pasien (rata-rata 77 tahun) atau pemakaian obat-obat penekan
kekebalan untuk pencangkokan.
Sel-sel retina yang membantu fungsi
batang dan kerucut mata bisa bertahan dan berfungsi pada semua pasien,
kebanyakan penglihatannya membaik.
Pada pasien dengan degenerasi macular, mata yang mendapat perlakuan
rata-rata melihat 14 huruf tambahan pada bagan mata standar setelah
setahun menerima sel, dengan satu pasien melihat 19 huruf. Mata yang
tidak mendapat penanganan memburuk semuanya. Hasilnya sama pada pasien
Stargardt.
Pada kenyataannya, pasien lain yang tidak bisa melihat
objek dengan tinggi kurang dari empat meter sekarang bisa melihat orang
dewasa berukuran normal.
Penglihatan seorang peternak berusia 75 tahun yang buta (20/400) membaik jadi 20/40, cukup untuk menunggang kuda lagi, kata
Lanza.
Yang lain jadi bisa menggunakan komputer, melihat jam, pergi ke
mal atau melakukan perjalanan ke bandara sendiri untuk pertama kalinya
dalam bertahun-tahun.
Ahli sel punca Dusko Ilic dari Kings
College, London, yang tidak ikut dalam penelitian itu mengingatkan bahwa
bahkan jika uji klinik yang direncanakan akhir tahun ini juga berhasil,
"akan butuh bertahun-tahun sebelum pengobatan itu bisa dilakukan."
(Uu.M007)