Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menyebut wisata gastronomi di Ubud, Gianyar, Bali mampu menonjolkan cita rasa Nusantara yang berasal dari bahan-bahan berkualitas.
"Saya juga mendapat pengalaman menarik dengan mengikuti kelas memasak di Pemulan Bali Farm Cooking menggunakan bahan-bahan dari perkebunan dan membuat masakan Nusantara semakin meningkat cita rasanya,” kata Widiyanti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Dalam kunjungannya ke Ubud, Widiyanti menyempatkan diri untuk mengunjungi sejumlah destinasi gastronomi. Di antaranya Hujan Locale yang merupakan restoran dan bar Indonesia modern.
Restoran itu menyajikan sajian makanan dengan mengunggulkan bahan-bahan dan cita rasa unik nusantara. Resep makanan tradisional yang dikembangkan menuju cita rasa dan interpretasi modern.
Misalnya, menu slipper lobster dumpling dengan cita rasa Padang, yakni saus cabai dengan daun kari goreng, juga daging rendang yang dimasak 48 jam hingga memiliki tekstur yang amat lembut.
Baca juga: Koktail botol bawa suasana pantai untuk bersantai di rumah
Baca juga: Yuk nikmati ragam promo menarik Swiss-Belhotel Danum jelang akhir tahun
Baca juga: Ahli gizi sebut makanan manis punya daya tarik tinggi bagi anak
Menpar juga mengunjungi Syrcro Base, restoran yang dikembangkan oleh Chef Syrco Bakker.
Dalam sajiannya, Syrco Bakker mengedepankan nilai-nilai ketertelusuran dengan alam, menjelaskan setiap bahan yang berasal dari kesuburan tanah Bali.
"Pengalaman wisata gastronomi yang dibalut dengan keindahan alam di Ubud membuat saya kagum terhadap kreativitas dan inovasi destinasi pariwisata di Ubud," kata Menpar.
Menurut Menpar makanan di Ubud telah menjadi gaya hidup dan budaya bagi masyarakat setempat. Budaya gastronomi yang mengakar di Ubud dapat terlihat dari interpretasi relief pada dinding Pura Yeh Pulu, yang menggambarkan budaya beternak, bertani, dan berburu sebagai bagian dari budaya gastronomi lokal.
Budaya gastronomi yang Ubud juga memiliki Subak, sistem tata kelola irigasi tradisional yang menjadi pilar kebudayaan masyarakat Bali serta filosofi Tri Hita Karana, prinsip keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan, yang juga merepresentasikan kekayaan budaya dan kuliner.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata juga sudah berkolaborasi dengan UNWTO dan Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk memproyeksikan Ubud menjadi prototipe gastronomi dunia.
Pemilihan Ubud sebagai proyek percontohan karena kesiapan dan kolaborasi yang baik dari pelaku industri dan stakeholder lainnya.
"Kemenpar berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah penguatan wisata Gastronomi di Ubud sehingga menjadi daya tarik wisata yang berkualitas bagi wisatawan," kata Menpar.
Wisata gastronomi merupakan seni mempelajari makanan secara menyeluruh di setiap proses pembuatannya. Mulai dari persiapan, pemilihan bahan makan, proses memasak, hingga seni presentasi, estetika, dan mutu makanan tersebut.