Beijing (Antara Kalteng) - Sejumlah mahasiswa Indonesia di beberapa negara membuat petisi Penyelamatan Kebhinnekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Salah seorang penggagas petisi, Humprey Arnaldo Russel, kandidat Doktor Universitas Jilin, Tiongkok, kepada Antara di Beijing, Jumat, mengatakan pembuatan petisi tersebut merupakan bentuk keprihatinan atas menurunnya kesadaran menjaga ke-bhninnekaan tunggal ika di Tanah Air.
"Akibatnya, banyak konflik horizontal yang berlatar suku, agama, ras dan antardaerah (SARA), yang terjadi akhir-akhir ini," katanya.
Terkait itu, sebagai bentuk keprihatinan sekaligus memberikan penyadaran kepada seluruh komponen bangsa dan negara, termasuk pemerintah, maka 14 mahasiswa Indonesia di beberapa negara menggagas petisi Penyelamatan Kebhinnekaan NKRI.
Dalam petisi tersebut mereka menyesalkan masih maraknya aksi dari kelompok-kelompok "vigilante" yang mengancam eksistensi Indonesia sebagai bangsa majemuk.
Kedua, mengkhawatirkan maraknya hasutan berbau SARA, khususnya di media sosial. Para mahasiswa tersebut juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk menindak tegas kelompok-kelompok "vigilante" serta pihak tertentu yang mengancam ke-bhinnekaan Indonesia.
"Kami juga meminta Pemerintah untuk intens melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, dalam menyikapi dan menuntaskan silang pendapat yang tidak perlu atas isu yang berkembang," lanjut bunyi petisi tersebut.
Para mahasiswa juga menyerukan kepada para calon gubernur, bupati dan wali kota berpartisipasi dalam konstetasi pemilihan kepala daerah, partai politik dan massa pendukung, untuk menghindari penggunaan materi kampanye yang menyinggung sentimen SARA, karena berpotensi mengganggu harmoni.
Terakhir dalam petisinya, para mahasiswa tersebut menyerukan kepada seluruh komponen bangsa untuk menerima ke-bhinnekaan Indonesia sebagai sebuah anugerah Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan menjadikannya kekuatan dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara yang adil, makmur dan sejahtera.
Humprey mengungkapkan hingga saat ini petisi tersebut telah ditandatangani oleh seratus lebih mahasiswa Indonesia di beberapa negara.
"Kami menyebarkannya melalui media sosial seperti facebook dan layanan pesan singkat seperti WhatsApp, Wechat, dan BBM. Kami tidak menargetkan berapa tanda tangan yang berhasil didapat untuk petisi ini. Yang terpenting bagi kami adalah apa yang menjadi keprihatinan kami, dapat menjadi perhatian bagi seluruh komponen bangsa," katanya.
Humprey menambahkan pihaknya akan mengedarkan petisi tersebut untuk ditandatangani hingga akhir Januari 2017. "Selanjutnya, kami akan menyampaikannya kepada bapak Presiden Joko Widodo," ujarnya.
Selain Humprey, petisi tersebut digagas antara lain oleh Ali Formen (mahasiswa S3 Universitas Auckland, Selandia Baru), Anton Aliabbas (kandidat doktor Universitas Cranfield, Inggris) dan Fadillah Putra (kandidat doktor Universitas Melbourne, Australia).
Berita Terkait
Yura Yunita gelar konser tunggal di GBK pada awal Februari 2025
Senin, 25 November 2024 14:00 Wib
Jonatan lolos ke perempat final setelah kalahkan wakil China
Kamis, 21 November 2024 20:11 Wib
Perjalanan Chico terhenti di babak 16 besar China Masters
Kamis, 21 November 2024 20:03 Wib
Gregoria alihkan fokus ke WTF 2024 usai terhenti di China Masters
Kamis, 21 November 2024 6:32 Wib
Gregoria gagal menangkan Kumamoto Masters
Minggu, 17 November 2024 19:38 Wib
Gregoria tak menyangka masuk final di Kumamoto Masters 2024
Sabtu, 16 November 2024 20:54 Wib
Jonatan telan kekalahan di semifinal Kumamoto Masters
Sabtu, 16 November 2024 20:50 Wib
Gregoria ingin lebih waspada lagi di semifinal Kumamoto Masters
Jumat, 15 November 2024 20:57 Wib