Bengkulu (ANTARA) - Polda Bengkulu mengingatkan apotek dan warung agar tidak sembarangan menjual obat batuk karena dapat disalahgunakan untuk mabuk-mabukan.
Kepala Bidang Humas Polda Bengkulu, Komisaris Besar Polisi Sudarno, di Bengkulu, Kamis, menjelaskan, salah satu jenis obat batuk yang sering disalahgunakan yakni Dextromethorphan Hbr.
Obat yang biasa dikenal dengan kode "dekstro" atau "DM" ini, kata Sudarno, adalah obat yang bekerja di sistem saraf pusat dengan meningkatkan ambang rangsang refleks batuk.
Baca juga: Jual masker mahal terkait isu corona, siap-siap ijin apotek dicabut
Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi, efek DMP dapat menyerupai obat-obatan terlarang seperti Phencyclidine (PCP) dan ketamin yakni dapat menyebabkan halusinasi dan euforia.
"Kami akan memberikan tindakan tegas kepada siapapun yang menyalahgunakan obat batuk sebagai bahan untuk mabuk-mabukkan baik itu kepada penjual maupun pembeli dikarenakan efek dari obat tersebut dapat mengarah ke tindakan kriminal," kata Sudarno.
Ia menambahkan, obat batuk seperti "dekstro" ini tidak sulit didapatkan dan dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, karena itu peluang untuk disalahgunakan sulit dikontrol.
Baca juga: Naikkan harga masker, sebuah apotek di China didenda sekitar Rp5,89 miliar
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan Peraturan BPOM Nomor 28/2018 tentang pedoman pengelolaan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan.
DMP, kata dia, masuk dalam golongan obat-obat tertentu bersama lima obat lain yang sudah masuk lebih dulu, yakni tramadol, triheksifenidil, klorpromazin, amitriptilin, dan haloperidol.
Baca juga: Warga diimbau buang sampah obat ke apotek
Dengan peraturan itu maka importasi maupun distribusi dari bahan baku maupun obat jadi DMP diawasi ketat.
Dalam pelaksanannya, apoteker maupun penjual obat ini dilarang untuk menjual dalam jumlah banyak kepada pembeli perorangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan BPOM ini akan dikenai sanksi administratif dari peringatan, pencabutan izin edar, hingga penutupan sarana.
"Kita akan jerat dengan UU Nomor 36/2009 karena merusak kesehatan dan bisa juga terkena Undang-undang Perlindungan Konsumen karena efek paling fatal dari penyalahgunaan dekstro adalah kematian," demikian Sudarno.
Baca juga: Bawa resep dokter untuk membeli obat berulang
Baca juga: Negara ini hentikan riset hydroxychloroquine untuk COVID-19
Baca juga: Obat malaria gagal buktikan mampu obati virus corona
Berita Terkait
Legislator sayangkan masih banyak warga buang sampah sembarangan
Rabu, 11 Desember 2024 22:07 Wib
Menelan obat sembarangan bisa berdampak risiko keracunan pada anak
Senin, 9 Desember 2024 13:49 Wib
Kepolisian imbau warga Kotim tak sembarangan pinjamkan kendaraan
Senin, 30 September 2024 19:00 Wib
Pemkot Palangka Raya diminta tak sembarangan lakukan fogging
Senin, 10 Juni 2024 16:57 Wib
Polda Kalteng imbau warga tidak membakar lahan sembarangan
Minggu, 13 Agustus 2023 16:09 Wib
DPRD Palangka Raya ajak masyarakat jangan buang sampah sembarangan
Selasa, 27 Juni 2023 20:18 Wib
Warga Palangka Raya diminta tak bakar lahan sembarangan saat cuaca panas
Jumat, 5 Mei 2023 15:54 Wib
Pemkab Kotim diminta menertibkan kendaraan parkir sembarangan
Jumat, 5 Mei 2023 10:52 Wib