Masa pandemi, pasar properti penyewaan residensial untuk WNA 'meredup'

id Masa pandemi,pasar properti ,penyewaan residensial untuk WNA 'meredup', Senior Associate Director Colliers International, Ferry Salanto

Masa pandemi, pasar properti penyewaan residensial untuk WNA 'meredup'

Senior Associate Director Colliers International (konsultan properti), Ferry Salanto. ANTARA/M Razi Rahman

Jakarta (ANTARA) - Pada masa pandemi yang berdampak kepada melemahnya aktivitas perekonomian di berbagai sektor, konsultan properti Colliers International menyebut bahwa pasar properti penyewaan residensial untuk Warga Negara Asing (WNA) atau ekspatriat di Jakarta meredup.

"Pasar perumahan ekspatriat di Jakarta sedang meredup," kata Senior Associate Director Colliers International (konsultan properti), Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu.

Menurut Ferry Salanto, fenomena tersebut tentu saja diakibatkan dengan wabah Corona yang melanda secara global sehingga mempengaruhi berbagai segi perekonomian.

Dampak dari pandemi, ujar dia, banyak ekspatriat baru yang tidak bisa datang ke Indonesia karena sebagian juga mengalami karantina wilayah di negaranya.

Sedangkan ekspatriat lama yang tinggal di ibukota, lanjutnya, banyak yang harus kembali ke negara masing-masing saat terjadinya pandemi.

"Akibatnya banyak terjadi pembatalan sewa tempat tinggal (oleh ekspatriat). Banyak perusahaan yang terkena imbas dari penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), seperti usaha yang harus ditutup, pembatalan even dan proyek baru, dan pemotongan anggaran perusahaan," paparnya.

Sebelumnya, pakar pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Janianton Damanik, komitmen menerapkan protokol kesehatan akan menjadi kunci utama yang memengaruhi kepercayaan warga negara asing mengunjungi destinasi wisata Indonesia memasuki era normal baru.

"Kalau (protokol kesehatan) dijalankan dengan ketat bisa membuat wisatawan mancanegara (wisman) datang, tapi tanpa itu jangan terlalu ambisius berharap turis akan datang ke Tanah Air," kata Janianton melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (3/7).

Wisman, kata dia, memerlukan jaminan keamanan berbasis fakta. Tidak hanya aman di destinasi wisata, tetapi juga keamanan saat berinteraksi dengan masyarakat tanah air yang telah menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.

Melihat kondisi masyarakat Indonesia dalam menjalankan protokol kesehatan, Janianton merasa ragu dapat menarik ekspatriat untuk berkunjung. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19, padahal kunci utama membangun kepercayaan wisman adalah kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan.

"Di jalan-jalan banyak terlihat orang bergerombol tanpa memakai masker, kalau wisman lihat tidak akan lagi menggubris promosi yang kita sampaikan jika masyarakat sudah taat protokol kesehatan," kata dia.