Palangka Raya (ANTARA) - Rektor Universitas Palangka Raya DR Andrie Elia menyatakan bahwa bekas proyek lahan gambut sejuta hektar yang ada di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk digunakan menjadi area produktif.
Selama ini area bekas PLG sejuta hektar tersebut untuk perkebunan kelapa sawit yang justru tak selaras dengan tujuan awalnya yakni pengembangan persawahan, kata Elia saat dihubungi di Palangka Raya, Kamis.
"Jadi, perlu di ubah eks PLG tersebut dari sumber bencana menjadi sumber berkah," tegas Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng itu.
Dirinya pun memastikan bahwa UPR yang merupakan gudang para pakar gambut, baik biofisik maupun social humaniora, siap mendukung dan bekerjasama mensukseskan 'food estate' di lokasi bekas PLG sejuta hektar tersebut.
"Mari jadikan kegagalan masa lalu untuk meraih sukses gilang-gemilang dengan kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas," kata Elia.
Menurut dia, bekas PLG dijadikan sebagai lokasi 'food estate' sebenarnya pilihan tepat dan sangat menjanjikan. Sebab, sampai sekarang ini masih banyak area yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan produksi pangan, terutama berupa padi/beras.
Hanya, kata dia, dalam pengembangannya perlu kehati-hatian karena akan mempunyai dampak lingkungan, baik secara biofisik (terutama air dan tanah), serta aspek social humaniora.
"Aspek Biofisik, ini berkaitan dengan aspek kecukupan air tawar untuk irigasi dan juga perubahan fisik kimia tanah," beber dia.
Elia menjelaskan, aspek kecukupan air sangat penting untuk keberlanjutan sawah mengingat adanya contoh area Transmigrasi di Basarang, Kabupaten Kapuas, pada tahun 1969. Di mana wilayah tersebut dahulunya area sawah, namun sekarang berubah menjadi area tanah yang tinggi atau pematang, sehingga memicu perubahan fungsi kawasan menjadi area perkebunan.
Untuk itulah harus diperhitungkan dengan seksama kecukupan air tawar dari sungai utama sumber air tawar dalam mengairi area sawah yang nantinya dikembangkan. Hal ini penting sekali untuk memastikan bahwa air tawar masuk ke area sawah bukan malah sebaliknya mengeluarkan air dari kawasan kubah gambut atau air tanah, sehingga tanah sawah berubah menjadi pematang.
"Desain irigasi menjadi kunci untuk aspek ini. Survey dan analisis keairan sangat dibutuhkan untuk dilakukan dengan super teliti, karena inilah kunci keberlanjutan, yaitu ketersediaan air," ucapnya.
Kemudian aspek social humaniora yang perlu menjadi perhatian adalah aspek tenurial/pertanahan, tenaga kerja serta Kemitraan petani dengan lembaga bisnis. Misalnya, BUMN yang akan menjadi mitra petani dalam pengembangan usahanya.
Dia mengatakan masalah tenurial sangat penting untuk diselesaikan dengan seksama, mengingat beberapa area sangat mungkin sudah mempunyai klaim kepemilikan sah secara hukum, baik nasional maupun adat, karena dahulu sudah ada transmigran atau merupakan area kelola masyarakat adat.
"Setelah semua ini selesai dilakukan, sangat perlu menetapkan kawasan tersebut menjadi area Kawasan Pangan Berkelanjutan. Dengan begitu, Indonesia mempunyai area yang permanen untuk pangan," kata Elia.
Baca juga: Ketua DPRD bersyukur Kalteng terpilih jadi lokasi 'food estate'
Rektor UPR itu mengatakan hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tenaga kerja. Petani perlu regenerasi, para pemuda lokal Kalimantan, khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah, harus diberdayakan untuk menjadi petani baru dengan melalui pelatihan.
Dia mengatakan sangat diharapkan bahwa dalam pengembangan sawah ini diaplikasikan teknologi mekanisasi pertanian sehingga setiap petani bisa mengolah lahan hingga 5(lima) hektar atau lebih seperti dinegara-negara yang sudah menerapkan mekanisasi pertanian (untuk mencapai skala keekonomian).
"Kawasan ini harus dijadikan contoh pertanian modern dengan produktivitas tinggi untuk menjadi kebanggaan Nasional Petani Indonesia dari generasi baru Petani Muda Indonesia," demikian Elia.
Baca juga: Presiden tinjau lahan di Kapuas bersama gubernur dan sejumlah menteri
Baca juga: Presiden ke Kalteng tinjau 'Food Estate' dan Posko Penanganan COVID-19
Baca juga: Presiden Jokowi tiba di Kalimantan Tengah