Kenali jenis-jenis keluhan kulit pada anak

id Kulit anak,penyakit kulit,Kenali jenis-jenis keluhan kulit pada anak

Kenali jenis-jenis keluhan kulit pada anak

Ilustrasi (Pexels)

Jakarta (ANTARA) - Kulit bayi pada umumnya memang lebih mudah terkena iritasi karena lebih tipis dari orang dewasa. Kondisi seperti ini membuat kulit bayi punya daya serap yang tinggi, sehingga lebih mudah teriritasi bila diolesi losion atau minyak yang ternyata tidak cocok.

Ruam pada kulit bayi bisa disebabkan oleh bawaan anak seperti hormon, tapi ada juga ruam yang bisa dihindari seperti biang keringat dan ruam popok.

Dokter spesialis anak Citra Amelinda menjabarkan jenis-jenis iritasi kulit yang bisa terjadi pada buah hati Anda, ciri-ciri serta penanganannya.

Baca juga: Tiap berapa jam popok anak harus diganti?

Baca juga: Tak cuma jual minuman, ada "vending machine" jual perlengkapan bayi

Dermatitis atopik

Ciri-cirinya adalah ruam merah bulat simetris di pipi yang terasa gatal dan agak kasar bersisik. Umumnya dermatitis atopik muncul ketika anak berusia 2-3 bulan. Iritasi ini dapat muncul karena riyawat alergi, atau karena ada riwayat dermatitis atopik di keluarganya.

"Jangan khawatir, seiring bertambah usia, kulit anak semakin kuat jadi tidak terlalu rentan," kata Citra dalam webinar kesehatan, Kamis.

Bawalah anak ke dokter kulit untuk mendapatkan tatalaksana alergi.

Biang keringat

Biang keringat terjadi akibat penumpukan sel kulit mati yang menyumbat kelenjar keringat. Ini sering terjadi pada anak usia sebulan yang belum bisa banyak bergerak.

Biang keringat bisa terjadi pada enam bulan pertama setelah anak lahir. Anak-anak di Indonesia rentan mengalaminya karena tinggal di negara tropis dengan kelembapan tinggi.

Biang keringat banyak ditemui di daerah lipatan kulit seperti leher, ketiak, punggung dan bagian kulit yang tertutup baju. Cara mencegahnya? Cegah agar bayi tidak terlalu sering kepanasan. Sebaiknya tidak usah memakai salep agar pori-pori anak tidak tertutup.

Neonatal acne

Ini adalah jerawat yang muncul di bayi saat baru lahir, umumnya ada di 30 hari pertama kehidupan, kemudian akan menghilang sendiri. Biasanya jerawat ini muncul di dahi, hidung dan pipi. Neonatal acne muncul karena hormon androhen yang berlebihan. Tanpa diobati, ini akan sembuh sendiri.

Milia

Bintik putih dan kuning di wajah bayi. Umumnya muncul di hidung, tetapi bisa juga menyebar ke bagian lain. 40-50 persen bayi mengalaminya, tapi milia akan sembuh seiring berjalannya waktu.

Ruam popok

Ini adalah iritasi yang paling bisa diantisipasi orangtua. Ruam popok adalah semua keluhan kulit di area popok. Ruam popok terlihat jelas di usia 2-4 pekan, kemudian perlahan menghilang. Iritasi yang disebut juga dermatitis kontak umumnya sembuh sendiri dalam waktu tiga hari, kecuali terinfeksi bakteri atau jamur. Ruam popok disebabkan area kulit di sekitar popok basah, sehingga "benteng" kulit mudah iritasi dan terinfeksi dalam 48-72 jam.

Pitiriasis Alba

Berupa bercak putih ukuran 2-3 cm di muka, tetapi ini bukanlah panu. Ini sering ditemui pada anak usia di atas tiga tahun yang disebabkan oleh sinar matahari atau alergi. Ketika anak sudah lebih besar, bercak putih ini akan menghilang.

Craddle Cap

Ini adalah kerak di kepala bayi akibat produksi kelenjar minyak berlebihan di kepala, membuat sel kulit mati tetap menempel. Bentuknya serupa ketombe, tapi keras, bersisik tebal dan menempel di tempurung kepala. Kerak ini akan sembuh sendiri ketika bayi berusia 6-12 bulan. Cara mengatasinya, pijat lembut kepala dengan minyak kelapa agar sisiknya berubah jadi halus dan bisa copot, lalu keramas.

Cutis Marmorata

Garis-garis biru seperti jala ikan pada seluruh tubuh bayi. Ini terlihat jelas di usia 2-4 minggu dan perlahan menghilang. Biasanya ini sering dijumpai pada bayi prematur karena kulitnya sangat tipis.

Kaligata (biduran)

Bisa disebabkan oleh alergi makanan, debu hingga cuaca. Kaligata punya ciri-ciri bentol dan gatal yang tak beraturan di tubuh. Makanan yang bisa menyebabkan biduran bisa meliputi susu sapi, kedelai, telur, seafood, ikan, gandum hingga kacang. Jika ada anggota keluarga yang sering mengalaminya, ada kemungkinan kaligata dapat terjadi pada anak.