Profesor neurologi klinis dan psikiatri di Wexner Medical Center Ohio State University, Dr. Douglas Scharre, mengatakan tes SAGE dapat mengevaluasi kemampuan berpikir seseorang dan memberi kesempatan pada dokter untuk melihat perubahan cara berpikir pasien dari waktu ke waktu.
"Untuk orang yang belum memiliki gejala atau gejala ringan, tes pertama adalah tes dasar. Tes diselesaikan setiap 6 bulan sehingga dokter dapat melacak gejalanya,” kata Scharre dikutip dari Healthline, Kamis.
Tes SAGE tersedia di situs Wexner Medical Center, isinya mencakup pertanyaan tentang kondisi kesehatan saat ini, soal matematika sederhana, dan tugas berpikir.
Ada pula pertanyaan untuk mengidentifikasi gambar barang yang akrab dilihat sehari-hari, namun gambar ini disesuaikan dengan budaya setempat sehingga beberapa jenis pertanyaan tidak bisa dipukul rata.
Baca juga: Konsumsi kacang-kacangan bantu atasi risiko demensia
Hingga saat ini, Wexner Medical Center baru menyediakan 10 tes dalam 10 bahasa berbeda, seperti bahasa Inggris Amerika, British, dan Australia, juga bahasa Spanyol, Italia, hingga Polandia.
Tes SAGE dapat diunduh dan dikerjakan di rumah. Kemudian jawabannya dapat dibawa kepada dokter untuk dinilai. Meski terdapat versi daring yang secara otomatis dapat menilai hasil tes, tetapi Scharre menekankan bahwa tes ini dimaksudkan untuk ditinjau oleh dokter.
Scharre bersama sejumlah peneliti lain di Ohio State University meninjau rekam medis dan hasil tes SAGE selama 9 tahun. Para peneliti juga meninjau kondisi responden dengan memberikan Mini-Mental State Examination (MMSE).
Penelitian itu melibatkan 424 responden, termasuk responden dengan penurunan kognitif dalam tingkatan normal, gangguan kognitif ringan yang tidak berkembang menjadi demensia, gangguan kognitif ringan yang berkembang menjadi demensia, dan penderita demensia sejak awal penelitian.
Hasil studi mereka menunjukkan bahwa penurunan skor pada tes SAGE dapat mengindikasikan demensia.
Responden yang mengalami gangguan kognitif ringan dan berkembang menjadi demensia skornya turun 1,91 poin per tahun pada tes SAGE dan 1,68 poin per tahun pada MMSE.
Responden yang menderita demensia sejak awal turun 1,82 poin per tahun pada tes SAGE dan 2,38 poin per tahun pada MMSE.
Sementara responden yang mengalami penurunan kognitif ringan normal dan responden dengan gangguan kognitif ringan tanpa berkembang menjadi demensia skornya tetap stabil pada kedua tes tersebut.
“Kehilangan beberapa poin atau skor di antara satu tes dengan tes lain, atau selama beberapa tahun, dapat mengindikasikan bahwa orang tersebut pada akhirnya mungkin mengalami demensia,” kata Scharre.
Meski demikian, penurunan skor pada hasil tes tak serta merta dapat memvonis seseorang menderita demensia. Dokter mula-mula mencari tahu terlebih dahulu penyebab mendasar apakah berkaitan dengan kesehatan fisik atau mental, seperti kekurangan vitamin, hilangnya fungsi ginjal, depresi, atau efek samping pengobatan.
Baca juga: Benarkah dampak galau bisa terasa kala lanjut usia
Baca juga: Turunkan risiko demensia dengan minum kopi
Baca juga: Benarkah berpendidikan lebih tinggi bisa perlambat efek demensia